Sunday, April 21, 2013

Coping Stres


TULISAN 3

Coping Stres

A. Pengertian dan Jenis Coping
Lazarus mendefinisikan coping sebagai suatu cara individu untuk mengatasi situasi atau masalah yang dialami baik sebagai ancaman atau suatu tantangan yang menyakitkan. Dengan kata lain, strategi coping adalah proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Umumnya, strategi coping dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. 
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan  adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
Jenis-jenis Coping
Menurut Lazarus dan Folkman,  ada 2 jenis strategi coping, yaitu:
Problem-Solving Focused Coping. Individu aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress, dan dipaparkan para ahli bahwa aspek-aspek yang digunakan individu di bagi menjadi lima, sebagai berikut:
  • Distancing, bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap remeh atau lelucon suatu masalah .
  • Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
  • Positive Reapraisal, yaitu usaha untuk mencar makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
  • Self Control, adalah bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
  • Escape, usaha menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll

Emotion-Focused Coping. Individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Berikut adalah aspek-aspeknya:
  • Self Control, adalah bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan diri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
  • Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
  • Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah).
  • Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
  • Denial (avoidance), pengingkaran, cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.

Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari.

B. Jenis Coping yang Positif (Konstruktif) dan Negatif (Destruktif)

1. Gaya Koping Positif (Konstruktif)
Merupakan gaya koping yang  mampu mendukung integritas ego.

a. Problem Solving
Adalah usaha untuk memecahkan suatu masalah. Masalah harus dihadapi dan dipecahkan, dan bukan dihindari atau ditekan dialam bawah sadar, seakan – akan itu tidak berarti. Dengan demikian, sedikit apapun masalah yang terjadi sebaiknya harus diselesaikan.
Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah atau ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realistis. Beberapa contoh strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan, antara lain:
  •          Meminta bantuan kepada orang lain
  •       Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi yang ada.
  •    Mencari lebih banyak informasi terkait dengan masalah yang dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara realistis.
  •           Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.
  •   Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi. Pikiran tersebut mengenai apa yang dilakukan. Sebab, segala sesuatu yang dilakuakan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya.

Strategi pemecahan masalah ini dapat digunakan dengan metode  STOP (Source, Trial and Error, Others, serta Pray and Patient). Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial and Error berarti mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah disusun. Bila satu metode tidak berhasil, maka mencoba lagi dengan metode lain. Begitu selanjutnya. Hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa keputusasaan terhadap kegagalan yang dialami. Others berarti meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and Patient yaitu berdoa kepada Tuhan, sebab Tuhan adalah Zat yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Tuhan pula yang memberikan jalan terbaik buat manusia karena manusia memiliki banyak keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, pikiran seseorang akan menjadi tenteram dan tenang. Dan juga harus sabar dengan berlapang dada menerima kenyataan yang ada pada dirinya. Penerimaan terhadap apa yang ada pada diri akan membuat seseorang lebih menikmati hidup dan ringan bebas psikologisnya, walaupun dalam pandangan orang lain orang tersebut berada dalam kehinaan.

b. Utilizing Social Support
Merupakan tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, ketika masalah itu belum terselesaikan. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan manusia dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang dihadapi. Untuk itu sebagai makhluk sosial, bila seseorang mempunyai masalah yang tidak mampu diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri dalam pikirannya, namun carilah dukungan orang lain yang dapat dipercaya dan mampu memberikan bantuan dalam bentuk masukan dan saran dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya tersebut. Semakin banyak dukungan dari orang lain, maka semakin efektif upaya penyelesaian masalahnya.

c. Looking for Silver Linning
Kepelikan masalah yang dihadapi terkadang akan membawa kebuntuan dalam upaya menyelesaikan masalah. Sesulit dan sepelik apapun masalah yang dihadapi, setidaknya manusia harus berfikir positif dan mengambil hikmahnya. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari masalah karena dengan masalah itu manusia berfikir, bertindak, dan berperilaku.

 2. Gaya Koping Negatif (Destruktif)
Merupakan gaya koping yang akan menurunkan integritas ego, dalam penentuan gaya koping akan merusak dan merugikan dirinya sendiri.

a. Avoidance
Merupakan bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu pemecahan masalah kedalam alam bawah sadar yang menghilangkan atau membebaskan diri dari suatu tekanan mental akibat masalah – masalah yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengatasi situasi tekanan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindari masalah yang berujung pada penumpukan masalah dikemudian hari. Bentuk pelarian diri diantaranya dengan beralih pada hal lain seperti makanan, minuman, merokok, atau menghilangkan masalah sesaat untuk tujuan sesaat, padahal hanya merupakan upaya untuk menunda masalah dan bukan menyelesaikan masalah.

b. Self  Blame
Merupakan bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah diri sendiri tanpa evaluasi diri yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan diri sendiri tanpa evaluasi diri yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan dirinya sendiri sehingga menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada penarikan diri dari struktur sosial.

c. Wishfull Thinking
Kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan seharusnya menjadikan seseorang berada pada kesedihan yang mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar diri, riset, atau dikondisikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dicapai. Penentuan standar yang terlalu tinggi menjadikan seseorang terbuai khayalan dan impian tanpa kehadiran fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat kesedihan yang mendalam merupakan bentuk dari berduka yang disfungsional, dimana hal tersebut merupakan pintu dari seseorang mengalami gangguan jiwa.

Sumber:
Lazarus, R, S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer.

Pengertian Stres


TULISAN 2

Pengertian Stress

A. Definisi Stres dan Faktor Individual dan Sosial yang Menjadi Penyebab Stress

Dalam buku Hawari (2001), stres menurut Hans Selye adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyaikonotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.

Faktor-faktor stres, yaitu:
a. Faktor Sosial
Selain peristiwa penting, tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.

Dukungan sosial mencakup:
  • Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi.
  • Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa.
  • Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b. Faktor Individual
Saat seseorang menjumpai stressor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stressor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stressor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stressor itu dan berapa terduganya stressor itu (predictability).


General Adaptation Syndrom (GAS)

Gas adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat di dalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks, GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. 

Ada 3 fase GAS yaitu :
1.   Fase Alarm (Waspada)

Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologisfight or flight dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.

Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.

Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.

2.  Fase Resistance (Melawan)

Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

3.  Fase Exhaustion (Kelelahan)

Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.

Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.


B. Tipe-tipe Stress

Tekanan

Tekanan dapat timbul dari dalam dan luar diri kita, terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar diri kita yaitu semisal dari lingkungan. Bilamerasa sudah dalam keadaan tertekan kita harus bisa mengutarakannya agar kita bisa terhindar dari keadaan stres tersebut.

Frustasi

situasi ini timbul karena suatu kejadian hal yang tidak mengenakan,semisal kita sudah berusaha belajar dengan baik dengan harapan mendapatkan reward (nilai) yang baik atau sesuai dengan usaha yang kita lakukan,tapi pada kenyataannya nilai yang kita dapat malah buruk,itu mengakibatkan diri seseorang frustasi,terkadang menjurus ke perasaan putus asa.

Konflik

ini bisa timbul di karenakan dua belah pihak mempunyai satu tujuan hanya jalannya berbeda,ini mengakibatkan seseorang terjebak dalam sebuah konflik dan pastinya hal ini akan membuat seseorang stress. Karena tidak semua orang bisa menghadapi konflik yang iya terima,terkadang membutuhkan pihak ke 3 untuk menyelesaikan konflik yang mereka alami.
  • Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
  • Konflik mendekat-mendekat: Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
  • Konflik mendekat-menjauh: Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.

Kecemasan
ini terjadi karena tingkat panik yang berlebihan dan tak bisa mengontrol paniknya itu,dan dia tidak bisa menghadapi keadaan di sekitarnya.

C. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres

Kita mengatasi stres dengan cara mencari penyebab stress itu sendiri (stressor). Setelah tahu penyebabnya, kita harus bisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita, jika perlu, dengan meminta bantuan orang lain.

Sumber:
Lazarus, R, S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer.
Lazarus, A. A. 2006. Learning Theory and The Treatment of Depression. Behavior Research and Therapy, 6, 83-89.


Teori Kepribadian Sehat


TULISAN 1

Teori Kepribadian Sehat

A. Allport


Pandangannya tentang manusia lebih teologi. Kepribadian manusia, sampai taraf tertentu di pengaruhi pengalaman masa lalu, namun perilaku yang membuat “manusia” adalah yang dimotivasi ekspetasi tentang masa depan. Dengan kata lain, kita adalah pribadi yang sehat sampai pada taraf ketika kita membuat dan mencari tujuan serta aspirasi untuk masa depan. Setiap orang berbeda dari yang lain karena memiliki tujuan dan intensi yang dibangunnya sendiri.


Allport hanya menempatkan penempatan yang tidak terlalu besar tentang pertumbuhan kepribadian pada faktor sosial. Ia menyadari pentingnya pengaruh lingkungan dalam membantu pembentukan kepribadian, Allport menekankan bahwa kepribadian memiliki kehidupan sendiri. Cara kita bereaksi terhadap dorongan-dorongan kultural bergantung pada kepribadian kita yang unik dan motivasi dasar kita.

Allport memiliki pandangan optimistik tentang kemanusiaan dengan mempertahankan pendapatnya bahwa manusia memiliki setidaknya kebebasan yang terbatas. Manusia berorientasi terhadap tujuannya, proaktif dan termotivasi oleh beragam pendorong yang kebanyakan berada di dalam ranah kesadaran. Perbedaan dan persamaan manusia sangat penting, namun perbedaan dan keunikan individu mendapatkan penekanan yang lebih besar dalam psikologi Allport.


B. Carl Rogers

Rogers percaya bahwa orang – orang dibimbing oleh persepsi sadar mereka sendiri tentang diri mereka dan dunia sekitar mereka bukan oleh kekuatan – kekuatan tak sadar yang tidak dapat mereka kontrol. Rogers mempertahankan bahwa kepribadian harus diperiksa dan dipahami melalui segi pandangan pribadi klien, pengalaman – pengalamannya sendiri.

Motivasi Orang sehat (Aktualisasi Diri)

Aktualisasi diri yang memelihara dan meningkatkan semua segi individu dalam sistem kepribadian. Kecenderungan aktualisasi memungkinkan organisme dapat bertahan hidup dengan membantu dan mempertahankan kebutuhan – kebutuhan dasar jasmani.

Makhluk hidup memiliki prinsip untuk tetap dapat hidup serta adanya dorongan untuk maju , adaptasi dalam sebuah lingkungan, serta mengembangkan dirinya sehingga Roger percaya kecenderungan aktualisasi ditemukan dalam semua makhluk hidup.

Perkembangan Diri

  • Self Concept adalah gambaran yang dibentuk melalui suatu akibat dan akan bertambah kompleks interaksi – interaksi dengan orang lain.
  • Penghargaan positif (Positive Regard), yaitu kebutuhan yang memaksa agar terpuaskan dalam pribadi.
  • Penghargaan positif bersyarat (Conditional Positive Regard) dimana kebutuhan yang diberikan dengan rasa tulus , kenyamanan dan tidak akan hilang rasa kasih tersebut.
  • Penghargaan positif tanpa bersyarat (Unconditional Positive Regard) adalah kebebasan yang diberikan kenyamanan serta kasih tanpa memperlihatkan dengan norma – norma yang telah ada.

5 sifat orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers:
1. Keterbukaan pada Pengalaman
Kepribadian yang sangat fleksibel, tidak hanya melihat dari sudut pengalaman - pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, namun juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan – kesempatan persepsi dan ungkapan baru.

2. Kehidupan Eksistensial

Kepribadian yang sehat dan terbuka kepada segala momen yang terjadi serta terdapat struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respon atas pengalaman momen berikutnya.

3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang sendiri

Sebagai pengalaman yang menghidupkan individu agar jauh lebih sehat dengan mempertimbangkan segi situasi serta memperhitungkan keputusan yang akan memuaskan.

4. Perasaan Bebas

Melihat dari berbagai pilihan serta tidak memiliki perasaan bebas dikarenakan terlalu melihat masa depan tergantung hanya pada diri sendiri dan pandangan yang masih terlalu sempit.

5. Kreativitas

Spontan, memiliki penyesuaian diri yang pasif dan tidak menghiraukan orang lain dapat menerima perlakuan serta tingkah laku mereka. Rogers memberikan persepsi tentang sifat aktualisasi dalam diri, agresifitas, persepsi lingkungan serta melihat konsekuensi dari prilaku individu dari suatu lingkungan. Ia mempertahankan kepribadian harus diperiksa dan dipahami melalui sudut pandang pribadi klien, pengalaman – pengalamannya sendiri, demikian dalam kehidupan profesionalnya, ia percaya akan pengalaman kliennya. Realitas sangat tergantung dari penglaman – pengalaman perseptual seseorang.

C. Abraham Maslow

Maslow menjelaskan kesehatan kepribadian bukan hanya dari sisi orang yang memilki kepribadian yang kurang, seperti orang gila atau hal keadaaan terburuk, tapi ia memberikan pandangan bahwa kelebihan orang sehat dan kurang normal harus juga dipahami.

Ia menyelidiki individu – individu tersebut dengan menggunakan teknik interview, asosiasi bebas, dan projective techniques dengan orang – orang yang sudah mati dan menyimpulkan semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan – kebutuhan instinktif. Kebutuhan-kebutuhan universal mendorong untuk bertumbuh dan berkembang, untuk mengaktualisasikan diri kita.

Dalam pandangan humanistik, manusia memiliki potensi lebih banyak daripada apa yang mereka capai. Maslow berpendapat bila kita dapat melepaskan potensi itu, maka kita semua dapat mencapai keadaan eksistensi yang ideal yang ditemukan dalam orang – orangnya yang mengaktualisasi diri.

Dorongan Kepribadian

Semua manusia memiliki kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Dalam memuaskan kebutuhan yang berada dalam tingkatan terendah. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan memiliki dan dicinta, kebutuhan akan penghargaan, dan aktualisasi diri.

Sifat – sifat Pengaktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah kebutuhan instinktif, namun aktualiasi diri sangat bergantung pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang memudahkan atau menghambat perkembangannya kelak.

Berbagai pengaktualisasikan diri :
·         Mengamati realitas secara efisien
·         Penerimaan umum atas kodrat, orang lain dan diri sendiri
·         Spontanistas, kesederhanaan, kewajaran
·         Kebutuhan akan privasi dan independensi
·         Minat sosial
·         Hubungan antar pribadi
·         Kreativitas 

Orang yang yang mengaktualisasi diri secara baik adalah orang – orang yang sopan santun, jujur, dan penuh perhatian dan masyrakat dapat menjadi tempat kehidupan yang lebih cocok bila lebih banyak di antara kita menampilkan sifat – sifat ini.

D. Erich Fromm

Fromm melihat kepribadian sebagai produk kebudayaan. Ia percaya kesehatan jiwa harus di definisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Masyarakat yang tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan, ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya, dan merintangi pertumbuhan penuh dari setiap individu. Masyarakat yang sehat membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan cinta satu sama lain, menjadi produktif yang kreatif, mempertajam dan memperhalus tenaga pikiran dan objektivitasnya dan mempermudah timbulnya individu-individu yang berfungsi sepenuhnya.

Sebagai hasil perkembangan dari analisis-analisis historisnya, Fromm melukiskan hakikat keadaan manusia sebagai kesepian dan ketidakberartian. Menurutnya, kita adalah makhluk yang unik dan kesepian. Sebagai akibat evolusi kita dari binatang-binatang yang lebih rendah, kita tidak lagi bersatu dengan alam, kita telah mengatasi alam. Tidak seperti tingkah laku binatang, tingkah laku kita tidak terikat pada mekanisme-mekanisme instinktif.

Akan tetapi perbedaan yang sangat penting antara manusia dan binatang yang lebih rendah terletak pada kemampuan kita akan kesadaran diri, pikiran, dan khayal. Terdapat kebebasan kepribadian yang lebih besar dalam interaksi-interaksi dengan orang-orang lain dan dengan Tuhan, dan peranan-peranan sosial lebih fleksibel. Tentu saja, kita mencapai perasaan bebas yang lebih besar dengan mengorbankan ikatan-ikatan yang telah memberikan perasaan aman dan perasaan memiliki. Ciri kondisi manusia ialah perasaan isolasi dan alienasi, tidak hanya dari alam tetapi juga dari masyarakat dan sesama kita manusia.

Dorongan Kepribadian

Semua manusia sehat dan tidak sehat didorong oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut, perbedaannya terletak dalam cara bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dipuaskan. Orang-orang yang sehat memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif. Orang-orang yang sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara-cara irasional.


   5 kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan menurut Fromm:

1. Hubungan
Fromm percaya pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Beberapa cara untuk menemukan hubungan adalah destruktif (tidak sehat), dan cara-cara lainnya konstruktif (sehat). Seseorang dapat berusaha bersatu dengan dunia dengan bersikap tunduk kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu yang ideal, seperti Tuhan. Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan menguasainya, dengan memaksa orang-orang lain tunduk kepadanya.
2. Trasendensi
Erat hubungannya dengan kebutuhan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri.
3. Berakar cara yang ideal
Dengan mepertahankan ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat,  seseorang menutup pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk beberapa manusia. Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk kesehatan psikologis.
4. Perasaan identitas
Proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan ikatan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain. Dengan cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri.
5. Kerangka orientasi dasar
Semakin objektif persepsi kita, semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan, jadi semakin matang dan semakin tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan. Suatu yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat irasionalitas.

Kepribadian yang sehat menurut Fromm adalah pribadi yang produktif yaitu pribadi yang dapat menggunakan secara penuh potensi dirinya. Kepribadian yang sehat menurut Fromm ditandai beberapa hal antara lain pola hubungan yang sehat (konstruktif), bukan atas dasar ketergantungan ataupun kekuasaan dalam hubungan dengan orang lain, kelompok, dan Tuhan. Transendensi (kebutuhan untuk melebihi peran-peran pasif, melampaui perasaan tercipta menjadi pencipta yang aktif-kreatif). Perasaan berakar yang diperoleh melalui persaudaraan dengan sesama umat manusia, perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan identitas sebagai individu yang unik. Memiliki kerangka orientasi (frame of reference) yang mendasari interpretasinya yang objektif terhadap berbagai peristiwa.

Sumber :
Hall. S. C, Lindzey. G. 1993. Psikologi Kepribadian 2. Yogyakarta: Kanisius.
Kholil Lur Rochman. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press.
Chaplin. J. P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Schultz Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.