Wednesday, March 27, 2013

Konsep Sehat, Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental, dan Pendekatan Kesehatan Mental


TULISAN 1

A. Konsep Sehat

Kesehatan mental berasal dari dua kata, yaitu “kesehatan” dan “mental”.  Kesehatan berasal dari kata “sehat” (kondisi fisik). Sedangkan “mental” adalah kepribadian yang merupakan kebulatan dinamik yang tercermin dalam cita-cita, sikap, dan perbuatan. Mental adalah semua unsur-unsur  jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang dalam keseluruhan atau kebulatannya akan menentukan tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan, atau yang menggembirakan dan menyenangkan.
  • Pengertian sehat menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan kesejahteraan dimana individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara produktif dan baik, dan mampu memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
  • Pengertian sehat menurut Pender (1982) adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).
  • Pengertian sehat menurut Paune (1983) adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self care actions) secara adekual.

Self care resources: Mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Self care actions: Perilaku sesuai dengan tujuan. Diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual. 

Karakteristik  Mental yang Sehat

1. Terhindar dari Gangguan Jiwa

Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu: neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak. 
Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.

2. Dapat menyesuaikan diri

Penyesuaian diri (self adjustment) adalah proses untuk memperoleh atau memenuhi kebutuhan (needs satisfaction)dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.

3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin

Individu yang sehat mentalnya mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. Pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.

4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. Mempunyai prinsip tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya ditujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).

ASPEK PRIBADI
KARAKTERISTIK
Fisik
Perkembangannya normal.
Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis
Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki Insight dan rasa humor.
Memiliki respons emosional yang wajar.
Mampu berpikir realistik dan objektif.
Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
Bersifat kreatif dan inovatif.
Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
Sosial
Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Moral-Religius
Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.

Uraian diatas, menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya sebagai berikut :
  •      Perasaan tidak nyaman (inadequacy) 
  •      Perasaan tidak aman (insecurity)
  •      Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
  •      Kurang memahami diri (self-understanding)
  •      Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
  •      Ketidakmatangan emosi
  •      Kepribadiannya terganggu
  •  Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (Thorpe, dalam Schneiders, 1964; 61).
Sumber: 
Yusuf, Syamsu. 2004. Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam kajian
Psikologi dan agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Bandung.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.
Sutardjo A. Wiraminardja. 2010. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama.
Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro.
http://www.konselorsekolah.com/2012/12/kesehatan-mental.html

B. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Sejarah kesehatan mental terbagi menjadi 2 periode yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah.

1.    Periode pra-ilmiah

Sejak zaman dahulu, sikap terhadap gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif animisme (kepercayaan roh-roh atau dewa-dewa). Orang Yunani percaya gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, merka mengadakan perjamuan.
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada jaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan kesehatan mental, yaitu dengan pendekatan naturalisme. Aliran berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik akibat dari alam.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi. Dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem penyakit mental. Ia seorang kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Dirumah sakit ini pasienya yang maniac dirantai, diikat ditembok, ditempat tidur selama 20 tahun atau lebih. Akhirnya, banyak yang berhasil.

2.    Era ilmiah (Modern)

Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era gangguan mental yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional kesikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) sebagai staff medis di rumah sakit Penisylvania, terdapat 24 pasien yang dianggap lunaties (orang-orang gila atau sakit ingatan). Rush melakukan usaha lain selain mengurung dan mengguyur air terhadap pasienya, yaitu dengan cara :
  •     memberikan motivasi (dorongan) untuk ingin bekerja
  •     refreshing (mencari kesenangan).
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi gagasan, pemikiran, dan inspirasi para ahli, terutama 2 tokoh perintis ini yaitu : Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers orang yang mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental. Berkat usaha Dix dia dapat membangun 32 rumah sakit jiwa di Amerika.
Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA) dan American Federation For Sex Hygiene. Perkembangan gerakan kesehantan mental tidak lepas dari Clifford Whittingham Beers (1876-193) karena jasanya ia dinobatkan sebagai “The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Beers juga mengeluarkan Otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental yang berjudul “A Mind That Found Itself” dan dia juga merancang program yang bersifat nasionaluntuk mereformasikan program, penyebaran informasi, prndorongan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dan pengembangan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Aldof Mayer yang tertarik terhadap program Beers menamakan gerakan itu dengan nama “Mental Hygiene”. Tahun 1908 sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt Society For Mental Hygiene. Tahun 19 febuari 1909 didirikan National Commitye Siciety For Mental Hygiene, Berrs menjadi sekretarisnya.
Tujuan organisasi ini bertujuan:
  •     melindungi
  •     menyusun perawatan
  •     meningkatkan studi
  •     menyebarkan pengetahuan
  •     mengkoordinasikan lembaga-lembaga untuk pasien gangguan mental.
Pada tanggal 3 juli 1946, presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental Health Act”. Dokumen blueprint yang komprehensif, berisi program jangka panjang untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat. Pada tahun 1950 organisasi mental terus bertambah dengan berdirinya National Association For Mental Health berkerjasama dengan 3 organisasi yaitu : National Commitye Siciety For Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation. Kesehatan mental terus berkembang tahun 1075 di Amerika serika terdapat lebih dari 1000 tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lain gerakan kesehatan mental dikembangkan melalui World Federation For Mental Health Organization.
Psikologi kesehatan dimulai tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Seiring datangnya abad 21 kita melihat pisikologi kesehatan tumbuh dengan sangan signifikan. Komunitas dan asosiasi psikologis mulai membentuk divisi atau departemen sendiri. Pertarunagn secara teoritis dan historis untuk memahami kaitan antara mental (pikiran, emosi dll.) dengan kondisi sehat (fisiologis).

Gangguan Mental yang Tidak Dianggap Sebagai Sakit

a.       Tahun 1600 dan sebelumnya

Dukun asli Amerika (Indian) disebut sebagai “penyembuh” (healer,

shaman) orang yang mengalami gangguan mental. Menyembuhkan dengan
cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual penebusan
dan pensucian.

Masyarakat saat itu menganggap orang yang mengalami gangguan mental

karena mereka dimasuki oleh roh-roh yang ada di sekitar.

b.      Tahun 1692


Di Amerika, orang yang mengalami gangguan mental saat itu sering dianggap terkena sihir atau dirasuki setan sehingga masyarakat takut dan membenci orang yang dianggap memiliki kekuatan sihir.
John Locke (1690) dalam tulisannya yang berjudul “An Essay Concerning Understanding”, menyatakan terdapat derajat kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara terus-menerus. 


Gangguan Mental yang Dianggap Sebagai Sakit

a.       Tahun 1724


Pendeta Cotlon Mather (1663-1728) mematahkan takhayul masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri. Mereka dilihat sebagai orang yang dirasuki setan atau dicirikan sebagai dikuasai sifat-sifat kebinatangan sehingga mereka menjadi subjek  penangan yang menyedihkan.

b.       Tahun 1812


Benjamin Rush (1745-1813) salah satu pengacara yang menangani masalah penanganan penyakit mental secara manusiawi dengan publikasinya yang berjudul “Medical Inquiries and Observations Upon Diseases of the Mind”. Buku tersebut merupakan buku teks psikiatri Amerika pertama.

c.       Tahun 1830-1860


Di Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa (Therapeutic Optimism)Hali ini disebabkan berkembangnya teori dan teknik dalam menangani orang sakit jiwa di rumah sakit jiwa.

d.      Tahun 1843


Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, namun hanya ada 2.561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.

e.       Tahun 1908


Cifford Beers (1876-1943) menderita manis depresif pada tahun 1900. Beers kemudian mendirikan Masyarakat Connectcat untuk Mental Hygiene. Tahun berikutnya, berubah menjadi Komite Nasional untuk Mental Higiene (The National Committee for Mental Hygiene), yaitu pendahulu Asosiasi Kesehatan Mental Nasional (National Mental Health Association) saat ini.
Tujuan Asosiasi ini:
1. Memperbaiki sikap masyarakat terhadap penyakit mental dan penderita sakit mental.
2. Memperbaiki pelayanan terhadap penderita sakit mental.
3. Bekerja untuk pencegahan penyakit mental dan mempromosikan kesehatan mental.

f.       Tahun 1909


Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisis di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts.

g.      Tahun 1910


Emil Kraepelin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer dan juga mengembangkan alat tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan epilepsi.

h.      Tahun 1918


Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan hanya orang yang telah lulus dari seolah kedokteran dan menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon untuk pelatihan psikoanalisa.

i.         Tahun 1920-an


Komite nasional untuk Mental Hygiene menghasilkan satu set model undang-undang komitmen yang dimasukkan ke dalam aturan pada beberapa bagian.

j.        Tahun 1930-an


Psikiater mulai menginjeksikan insulin yang menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu treatment untuk penderita Schizofrenia.

k.      Tahun 1940


Elektroterapi, yaitu terapi dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak.

l.        Tahun 1950


Dibentuk Nasional Association of Mental Health (NAMH) merupakan merger dari tiga organisasi, yaitu National Committee for Mental HygieneNational Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation.

m.    Tahun 1960-an


Obat-obat antipsikotik konvensional sepeti haloperidol digunakan pertama kali untuk mengontrol simtom-simtom yang positif (nyata) pada penderita psikosis.


Gangguan Mental Dianggap Sebagai Bukan sakit


a.      Tahun 1979


NAMH menjadi The National Mental Health Association (NMHA).

b.     Tahun 1980


Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opname dirumah sakit dalam jangka waktu yang pendek.


Melawan Diskriminasi Terhadap Gangguan Mental

a.       Tahun 1990


NMHA memainkan peran dalam melindungi warga amerika yang cacat mental dan fisik dari diskriminasi seperti pekerjaan, transportasi, telekomunikasi dan pelayanan pemerintah pusat.

b.      Tahun 1994


Obat Antipsikotik atipikal yang pertama diperkenalkan.


Sumber:  Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
                  Ian P. Albery dan Marcus Munafo. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Setia.
                  Drs.Yustinus Semiun, OFM. 2006. Kesehatan Mental 1. Jakarta: Kanisius Watsongko, Madto. 1994. Salat
                           Jadi Obat. Jakata: EGC




C. Pendekatan Kesehatan Mental

Para ahli membagi 3 orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yaitu :

1.      Orientasi Klasik

Banyak digunakan dalam dunia kedokteran, termasuk psikiatri. Menurut orientasi ini, individu sehat adalah individu yang tidak memiliki keluhan, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna, yang menimbulkan perasaan “sakit” atau “perasaan tak sehat”, serta mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari. Individu yang sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan secara fisik dan mental. 


2.      Orientasi Penyesuaian Diri

Landasan orientasi ini adalah pendekatan yang menegaskan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental. Dengan pandangan tersebut, penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Kesehatan mental dipahami sebagai kondisi kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan mental bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungannya.



Kesehatan mental adalah kemampuan individu untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya, yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian, stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki


3.      Orientasi Pengembangan Potensi

Menurut orientasi ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi kreatifitas, rasa humor, rasa tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap dapat berkembang secara optimal sehingga mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya. Individu dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga dapat dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.

Individu yang sehat mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang positif-konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi ini dapat dipergunakan dalam kegiatan dan kehidupan sehari-hari.


1 comment:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    ReplyDelete