Thursday, October 10, 2013

Biografi


      Saya Suci Rizwarni Octaviana. Orang – orang mengenal saya dengan panggilan Riri. Saya berjenis kelamin perempuan dan saya lahir pada tanggal 15 Oktober 1993 di Jakarta. Saat ini saya berusia 19 tahun. Saya merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Edi Purwito dan Ibu Pipih Evi Diani. Saat ini saya tinggal bersama ibu dan adik saya di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan.
      Pendidikan yang telah saya tempuh sebelum saya kuliah di Universitas Gunadarma antara lain: RA (Raudatul Athfal) Madarijut Thalibin lulus tahun 1999, MI (Madrasah Ibtidaiyah) Madarijut Thalibin hingga tahun 2002 lalu saya pindah saat kenaikan kelas ke SDN Lenteng Agung 01 Pagi lulus tahun 2005, SMP Negeri 242 Jakarta lulus tahun 2008, dan SMA Negeri 109 Jakarta lulus tahun 2011.
      Prestasi saya di sekolah cukup memuaskan karena saya selalu mendapatkan peringkat 5 besar di kelas. Selain itu sejak kecil saya suka sekali mengikuti kegiatan perlombaan menari, menggambar dan mewarnai, membaca puisi serta peragaan busana muslim. Saya memang memiliki bakat di bidang seni. Teman – teman saya mengenal saya sebagai seseorang yang suka sekali mencorat – coret kertas hingga menjadi sebuah gambar pemandangan, terlebih ketika saya sedang dilanda rasa bosan. Hal tersebut saya lakukan untuk mengurangi rasa bosan saya.
      Saya memiliki hobi menggambar, menyanyi, mendengarkan musik, menonton DVD, dan fotografi. Saya merupakan pencinta cokelat dan sangat senang meminum kopi. Saya memakan cokelat saat emosi saya sedang tidak stabil, karena cokelat merupakan makanan yang dapat membuat emosi saya menjadi normal kembali. Saya adalah penyuka warna hitam, putih, merah mudah (pink), biru muda, dan coklat. Sejak kecil saya bercita – cita menjadi seorang wanita karier, fotografer, dan dapat membahagiakan kedua orang tua saya. Saya menulis setiap harapan dan cita – cita saya pada buku harian yang saya miliki. Setiap harapan dan cita – cita yang saya tulis, saya yakini bahwa semua itu kelak dapat terwujud satu per satu dengan diiringi usaha, doa, dan keyakinan yang tinggi.
      Saat kecil, dokter yang biasa menangani saya ketika sakit memberitahukan kepada ibu saya bahwa saya adalah seorang anak yang introvert. Sejak kecil saya terkenal sebagai anak yang pendiam. Saya lebih suka diam, berbicara seperlunya saja, dan menyimpan perasaan yang saya rasakan sendiri. Semua yang saya rasakan, saya luapkan pada buku harian, gambar yang saya hasilkan, dan hanya saya ceritakan pada orang – orang tertentu. Namun, label yang diberikan orang kepada saya sebagai anak yang pendiam tidak berlaku pada keluarga, kekasih, dan sahabat – sahabat yang berteman dekat dengan saya. Mereka menganggap saya sebagai anak yang cerewet, humoris, dan suka sekali bercanda. Saat beradaptasi dengan lingkungan atau orang – orang baru, saya menjadi anak yang pendiam karena saya lebih suka memerhatikan perilaku – perilaku serta watak orang di sekitar saya.
      Hingga saat ini saya sangat merasa malas untuk pergi ke dokter dan meminum obat dari resep dokter ketika sakit. Hal tersebut dikarenakan sejak kecil bisa dikatakan saya “rajin” pergi ke dokter karena sakit, seperti thypus, demam, batuk, flu, dan asma. Hingga saat saya duduk di kelas 3 SD saya harus menjalani operasi amandel dan operasi usus buntu saat saya duduk di kelas 3 SMP. Saya tidak bisa terlalu lelah dan terkena panas dari matahari menyengat di siang hari karena dapat menyebabkan pusing yang berkepanjangan karena tekanan darah rendah yang saya miliki. Saya juga tidak bisa dikagetkan atau terlalu kaget, kedinginan, terlalu lelah, dan emosi karena marah, kesal serta terlalu sedih karena hal – hal tersebut dapat menyebabkan penyakit asma saya kambuh.

      Saya memiliki phobia pada kecoa. Phobia tersebut berawal saat pertama kali saya melihat seekor kecoa, saya merasa sangat jijik, merinding dan takut dengan kecoa karena bentuk dan rupa kecoa tersebut seperti yang saya anggap seperti monster. Beberapa hari kemudian, tiba – tiba ada seekor kecoa terbang dan hinggap di badan saya hingga saya sontak teriak dengan kencang, berlari sambil melompat – lompat agar kecoa tersebut pergi hingga saya mengeluarkan air mata. Dari kejadian itulah saat melihat kecoa saya merinding dan dengan refleks berlari menjauhi kecoa tersebut sambil berteriak.

No comments:

Post a Comment