TULISAN 2
Pengertian Stress
A. Definisi Stres dan Faktor Individual dan Sosial yang Menjadi Penyebab Stress
Dalam buku Hawari
(2001), stres menurut Hans Selye adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik
terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan
tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut
mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita
didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai
keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyaikonotasi negatif,
cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
Faktor-faktor stres, yaitu:
a. Faktor Sosial
Selain peristiwa penting, tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap
kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut
mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.
Dukungan sosial mencakup:
- Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi.
- Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa.
- Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b.
Faktor Individual
Saat seseorang menjumpai stressor
dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stressor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stressor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stressor itu dan berapa terduganya stressor itu (predictability).
General Adaptation Syndrom (GAS)
Gas adalah respon
fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat di dalamnya
adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks, GAS
sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
Ada 3 fase GAS yaitu :
1. Fase
Alarm (Waspada)
Melibatkan pengerahan
mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer
dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya
tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan
pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang
berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang
bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya
epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan
peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya
kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang
luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar
“. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih
menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2. Fase
Resistance (Melawan)
Individu mencoba
berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya
kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres.
Bila teratasi, gejala stres menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor,
jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka
individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase
kehabisan tenaga.
3. Fase
Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase
perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi
penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan
kematian.
Tahap ini cadangan
energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi
stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah
yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
B. Tipe-tipe Stress
Tekanan
Tekanan dapat timbul
dari dalam dan luar diri kita, terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar
diri kita yaitu semisal dari lingkungan. Bilamerasa sudah dalam keadaan
tertekan kita harus bisa mengutarakannya agar kita bisa terhindar dari keadaan
stres tersebut.
Frustasi
situasi ini timbul
karena suatu kejadian hal yang tidak mengenakan,semisal kita sudah berusaha
belajar dengan baik dengan harapan mendapatkan reward (nilai) yang baik atau
sesuai dengan usaha yang kita lakukan,tapi pada kenyataannya nilai yang kita
dapat malah buruk,itu mengakibatkan diri seseorang frustasi,terkadang menjurus
ke perasaan putus asa.
Konflik
ini bisa timbul di
karenakan dua belah pihak mempunyai satu tujuan hanya jalannya berbeda,ini
mengakibatkan seseorang terjebak dalam sebuah konflik dan pastinya hal ini akan
membuat seseorang stress. Karena tidak semua orang bisa menghadapi konflik yang
iya terima,terkadang membutuhkan pihak ke 3 untuk menyelesaikan konflik yang
mereka alami.
- Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
- Konflik mendekat-mendekat: Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
- Konflik mendekat-menjauh: Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
Kecemasan
ini terjadi karena
tingkat panik yang berlebihan dan tak bisa mengontrol paniknya itu,dan dia
tidak bisa menghadapi keadaan di sekitarnya.
C. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres
Kita mengatasi stres
dengan cara mencari penyebab stress itu sendiri (stressor). Setelah tahu penyebabnya, kita harus bisa memilih mana
jalan keluar terbaik untuk masalah kita, jika perlu, dengan meminta bantuan
orang lain.
Sumber:
Lazarus, R, S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer.
Lazarus, A. A. 2006. Learning Theory and The Treatment of Depression. Behavior Research and Therapy, 6, 83-89.
No comments:
Post a Comment