TULISAN 3
Coping Stres
A. Pengertian dan Jenis Coping
Lazarus mendefinisikan coping sebagai suatu cara
individu untuk mengatasi situasi atau masalah yang dialami baik sebagai ancaman
atau suatu tantangan yang menyakitkan. Dengan kata lain, strategi coping adalah
proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres
yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Umumnya,
strategi coping dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya.
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah
coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan
dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
Jenis-jenis Coping
Menurut
Lazarus dan Folkman, ada 2 jenis strategi coping, yaitu:
Problem-Solving Focused Coping. Individu
aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau
situasi yang menimbulkan stress, dan dipaparkan para ahli bahwa aspek-aspek
yang digunakan individu di bagi menjadi lima, sebagai berikut:
- Distancing, bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap remeh atau lelucon suatu masalah .
- Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
- Positive Reapraisal, yaitu usaha untuk mencar makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
- Self Control, adalah bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
- Escape, usaha menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll
Emotion-Focused Coping. Individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri
dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh
tekanan. Berikut adalah aspek-aspeknya:
- Self Control, adalah bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan diri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
- Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
- Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah).
- Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
- Denial (avoidance), pengingkaran, cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu
menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan
dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari.
B. Jenis Coping yang Positif (Konstruktif) dan Negatif (Destruktif)
1. Gaya Koping Positif (Konstruktif)
Merupakan
gaya koping yang mampu mendukung integritas ego.
a. Problem Solving
Adalah usaha
untuk memecahkan suatu masalah. Masalah harus dihadapi dan dipecahkan, dan
bukan dihindari atau ditekan dialam bawah sadar, seakan – akan itu tidak
berarti. Dengan demikian, sedikit apapun masalah yang terjadi sebaiknya harus
diselesaikan.
Strategi
pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah atau
ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realistis. Beberapa contoh
strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan, antara lain:
- Meminta bantuan kepada orang lain
- Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi yang ada.
- Mencari lebih banyak informasi terkait dengan masalah yang dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara realistis.
- Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.
- Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi. Pikiran tersebut mengenai apa yang dilakukan. Sebab, segala sesuatu yang dilakuakan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya.
Strategi
pemecahan masalah ini dapat digunakan dengan metode STOP (Source,
Trial and Error, Others, serta Pray and Patient). Source berarti
mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial and
Error berarti mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah
disusun. Bila satu metode tidak berhasil, maka mencoba lagi dengan metode lain.
Begitu selanjutnya. Hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa keputusasaan
terhadap kegagalan yang dialami. Others berarti meminta
bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and Patient yaitu
berdoa kepada Tuhan, sebab Tuhan adalah Zat yang Maha Mengetahui segala sesuatu
yang ada di dunia ini. Tuhan pula yang memberikan jalan terbaik buat manusia
karena manusia memiliki banyak keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa,
pikiran seseorang akan menjadi tenteram dan tenang. Dan juga harus sabar dengan
berlapang dada menerima kenyataan yang ada pada dirinya. Penerimaan terhadap
apa yang ada pada diri akan membuat seseorang lebih menikmati hidup dan ringan
bebas psikologisnya, walaupun dalam pandangan orang lain orang tersebut berada
dalam kehinaan.
b. Utilizing Social Support
Merupakan
tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, ketika masalah itu
belum terselesaikan. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan manusia dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang
dihadapi. Untuk itu sebagai makhluk sosial, bila seseorang mempunyai masalah
yang tidak mampu diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri dalam
pikirannya, namun carilah dukungan orang lain yang dapat dipercaya dan mampu
memberikan bantuan dalam bentuk masukan dan saran dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya tersebut. Semakin banyak dukungan dari orang lain, maka
semakin efektif upaya penyelesaian masalahnya.
c. Looking for Silver
Linning
Kepelikan
masalah yang dihadapi terkadang akan membawa kebuntuan dalam upaya
menyelesaikan masalah. Sesulit dan sepelik apapun masalah yang dihadapi,
setidaknya manusia harus berfikir positif dan mengambil hikmahnya. Tidak ada
seorang pun yang terbebas dari masalah karena dengan masalah itu manusia
berfikir, bertindak, dan berperilaku.
2. Gaya Koping Negatif (Destruktif)
Merupakan
gaya koping yang akan menurunkan integritas ego, dalam penentuan gaya koping akan
merusak dan merugikan dirinya sendiri.
a. Avoidance
Merupakan
bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu pemecahan masalah kedalam alam
bawah sadar yang menghilangkan atau membebaskan diri dari suatu tekanan mental
akibat masalah – masalah yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha
untuk mengatasi situasi tekanan dengan lari dari situasi tersebut atau
menghindari masalah yang berujung pada penumpukan masalah dikemudian hari.
Bentuk pelarian diri diantaranya dengan beralih pada hal lain seperti makanan,
minuman, merokok, atau menghilangkan masalah sesaat untuk tujuan sesaat,
padahal hanya merupakan upaya untuk menunda masalah dan bukan menyelesaikan
masalah.
b. Self Blame
Merupakan
bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah diri sendiri tanpa evaluasi diri yang
optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan diri sendiri tanpa
evaluasi diri yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan
dirinya sendiri sehingga menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada
penarikan diri dari struktur sosial.
c. Wishfull Thinking
Kegagalan
dalam mencapai tujuan yang diinginkan seharusnya menjadikan seseorang berada
pada kesedihan yang mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar
diri, riset, atau dikondisikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dicapai.
Penentuan standar yang terlalu tinggi menjadikan seseorang terbuai khayalan dan
impian tanpa kehadiran fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat
kesedihan yang mendalam merupakan bentuk dari berduka yang disfungsional,
dimana hal tersebut merupakan pintu dari seseorang mengalami gangguan jiwa.
Sumber:
Lazarus, R, S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer.
No comments:
Post a Comment