Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
A. Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri lebih
bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan
mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi
sehat. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan
penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya.
B. Pertumbuhan Personal
Kepribadian individu
tidak langsung terbentuk, tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan
melalui proses yang panjang.
1. Penekanan Pertumbuhan Diri
Penekanan pertumbuhan
diri adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat
pada waktu yang normal.
2. Variasi dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya
individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada
rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri.
3. Kondisi-kondisi untuk Bertumbuh
Aspek perkembangannya
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh secara intrinsik. Shekdon
mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh
dan tipe-tipe tempramen.
Hubungan Interpersonal
Definisi Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal
adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain. Hubungan
interpersonal timbul akibat rasa ketertarikan dengan orang lain. Rasa tertarik
bukan hanya didefinisikan sebagai cinta atau suka, tetapi juga melalui rasa
simpati.
A. Model Hubungan Interpersonal
1. Model Pertukaran Sosial (Social Exchange Model)
Hubungan interpersonal identik
dengan suatu transaksi dagang. Artinya dalam hubungan tersebut akan
menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif), serta hasil
atau laba (ganjaran dikurangi biaya).
2. Model Peranan (Role Model)
Hubungan interpersonal
diartikan sebagai panggung sandiwara. Hubungan akan dianggap baik bila individu
bertindak sesuai ekspektasi peranan (role
expectation), tuntutan peranan (role
demands), memiliki ketrampilan (role
skills) dan terhindar dari konflik peranan.
3. Model Permainan (Games People Play Model)
Model ini menjelaskan
bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permainan.
Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a) Kepribadian orang tua
b) Kepribadian orang dewasa
c) Kepribadian anak
4. Model Interaksional (Interacsional Model)
Model ini memandang
hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Model ini menggabungkan model
pertukaran, peranan dan permainan.
B. Cara Memulai Hubungan
Tahap-tahap dalam
hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Sering disebut juga
dengan tahap perkenalan. Ditandai usaha kedua belah pihak untuk
menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Menurut Charles R.
Berger, informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada 7
kategori, yaitu:
a) informasi
demografis
b) sikap dan
pendapat (tentang orang atau objek)
c) rencana yang
akan datang
d) kepribadian
e) perilaku pada
masa lalu
f) orang lain
serta
g) hobi dan
minat
2. Peneguhan Hubungan
Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada 4 faktor penting dalam memelihara keseimbangan
ini, yaitu:
a) Keakraban
b) Kontrol
c) Respon
yang tepat
d) Nada
emosional yang tepat
Pembentukan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam Memulai Hubungan
A. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pendapat beberapa ahli
mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
1. Shadily dan
Echols (1990): Intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling
percaya dan kekeluargaan.
2. Sullivan
(Prager, 1995): Intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang
untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
3. Steinberg (1993):
Suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang
didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan
pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling
berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
4. Levinger dan
Snoek (Brernstein dkk, 1988): Merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang
dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu.
5. Atwater (1983):
Intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan
antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama.
Dalam suatu hubungan
juga perlu adanya companionate love,
passionate love dan intimacy love.
Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya
salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan, maka yang akan
terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet.
Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun
menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis.
B. Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk
bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman adalah proses
menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain, kebebasan menjadi diri
sendiri dan proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Keinginan setiap pasangan
adalah menjadi intim, ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga
oleh pasangan. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita memiliki beban.
Cinta dan Perkawinan
A. Deskripsi Cinta dan Perkawinan
Cinta Menurut Ahli Psikologi
Menurut Sternberg,
cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah
tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu
hubungan. Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta. Segitiga
cinta itu mengandung komponen:
1. Keintiman (intimacy) adalah elemen emosi, yang di
dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina
hubungan.
2. Gairah (passion)
adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang
bersifat seksual.
3. Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan
untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama.
Menurut Strenberg,
setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Cinta
yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai
pada suatu waktu tertentu. Pola-pola proporsi ketiga komponen ini dapat
membentuk berbagai macam tipe hubungan seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tipe
|
Komponen yang Hadir
|
Deskripsi
|
Nonlove
|
Ketiga komponen tidak ada
|
Ada pada kebanyakan hubungan interpersonal,
seperti pertemanan biasa (hanya kenalan saja)
|
Liking
|
Hanya
keintiman
|
Ada
kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan kehangatan. Biasanya
ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis kelamin)
|
Infatuation
|
Hanya gairah
|
Seperti pada cinta pada pandangan
pertama, ketertarikan secara fisik, biasanya mudah hilang
|
Empty love
|
Hanya
komitmen
|
Biasanya
ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya
pada pasangan usia lanjut)
|
Romantic love
|
Keintiman dan gairah
|
Hubungan yang melibatkan gairah fisik
maupun emosi yang kuat, tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan)
|
Companionate love
|
Keintiman
dan komitmen
|
Hubungan
jangka panjang yang tidak melibatkan unsur seksual, termasuk persahabatan
(juga persahabatan suami-istri)
|
Fatous love
|
Gairah dan komitmen
|
Hubungan dengan komitmen tertentu
(misalnya perkawinan) atas dasar gairah seksual. Biasanya pada suami istri
yang sudah kehilangan keintimannya
|
Consummate love
|
Semua
komponen
|
Menjadi
tujuan dari hubungan cinta yang ideal
|
Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan cinta sebagai
sebuah kombinasi emosi, kognisi, dan perilaku yang ada dalam sebuah hubungan
intim.
Perkawinan
Undang- Undang
Republik Indonesia Nomor 1/1974, Bab I, pasal 1 “Perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Cinta dapat dan benar bisa
terjadi tanpa perkawinan, dan perkawinan dapat dan benar-benar terlaksana tanpa
cinta. Penelitian telah menunjukan pria yang telah berkeluarga lebih mungkin
mencapai keberhasilan, berpenghasilan tinggi, memperoleh jabatan-jabatan dengan
status yang tinggi dan mengarah pada kehidupan yang panjangdan bahagia
dibandingkan dengan pria bujanga. Sebaliknya wanita yang berkeluarga lebih
lebih mungkin untuk menderita sakit fisik, deprsi, stress, cemas dibandingkan
dengan wanita lajang.
Menurut Cuber & Harroff, secara
keseluruhan terdapat enam klasifikasi atau tipe hubungan dalam perkawinan,
yaitu:
1) Conflict-habituated, tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar.
1) Conflict-habituated, tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar.
2) Devitalized, karakteristik pasangan yang
sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan satu sama lain
saling menghargai.
3) Passive-congenial, sama dengan pasangan
tipe devitalized, tetapi kekosongan
perkawinan itu telah berlangsung sejak awal.
4) Utilitarian,
lebih menekankan pada peran daripada hubungan.
5) Vital, ciri-ciri pasangan terikat
satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan yang lain.
6) Total, mereka selalu dalam kebersamaan secara
total, sehingga meminimalisasi adanya pengalaman pribadi dan konflik.
Kehidupan Perkawinan
Masa dewasa muda adalah
masa bagi kehidupan seseorang yang berusia antara 20 – 40 tahun. Dalam sisi
perkembangan psikososial, terjadi proses pemantapan kepribadian dan gaya hidup
serta merupakan saat membuat keputusan tentang hubungan yang intim. Pada saat
ini, kebanyakan orang menikah dan menjadi orang tua (Papalia, Olds, &
Feldman, 2001; Santrok, 2002).
Hatfield (dalam Lubis,
2002) menyatakan bahwa ada dua macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan. Pada
masa pacaran dan di awal perkawinan, biasanya yang dominan adalah passionate love yang menggebu-gebu
dan diwarnai oleh sikap posesif terhadap pasangan, sedangkan companiate love berkembang secara
perlahan-lahan dan ada pada perkawinan yang bahagia.
Cinta dalam Sebuah Perkawinan
Baumister dan Leary
menjelaskan bahwa manusia memiliki “kebutuhan dasar untuk memiliki” dapat
diwujudkan melalui kehidupan perkawinan. Pemenuhan kebutuhan
dasar dalam sebuah kehidupan perkawinan memicu terbentuknya kebahagiaan dalam
diri seseorang karena dalam kehidupan perkawinan terdapat potensi memberikan
kehadiran eksistensi pertemanan (friendship),
keintiman, cinta, afeksi, dan dukungan sosial pada saat seseorang mengalami
situasi krisis.
B. Bagaimana Memilih Pasangan
Tingkat Kecocokan
Jika seorang menganggap
penting komitmen jangka panjang dan pasangannya lebih mementingkan birahi, maka
segitiga cinta mereka tidak akan sepadan.
Cinta Sejati
Cinta romantis adalah
bagi setiap oranghanya ada satu cinta sejati yang terjadi dalam kehidupannya.
Keyakinan
pada satu cinta sejati bisa mencegah seseorang merusak suatu hubungan yang
baik, dalam semangat naif untuk menemukan apa yang disebut sebagai cinta yang
sempurna.
Waktu yang Tepat untuk Jatuh Cinta
Cinta merupakan
serangkaian perasaan, sikap, dan perilaku yang berubah-ubah, dan kompleks. Kadang-kadang
terjadi dengan cepat dan kadangkala membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
berubah Perasaan tergila-gila sangatlah cepat pudar apabila seseorang yang
dipija dari jauh secara tiba-tiba mudah didapatkan.
Waktu yang dibutuhkan
agar cinta ‘lolos ujian’ tergantung sebagian pada tempo meningkatkan keintiman
dan kepercayaan melalui kontak langsung dan pertukaran emosional. Cinta yang
berkembang dalam situasi-situasi yang tidak biasa dan khususnya dalam
situasi-situasi ‘terlarang’ atau main belakang - dapat mudah layu ketika
menghadapi realitas kehidupan yang sesungguhnya.
Pria, Wanita, dan Cinta
Dua cara mengungkapkan
cinta yang berbeda ini dapat menyebabkan timbulnya kesalah pahaman dan konflik
antara pria dan wanita. Bagi wanita bagian terpenting cinta meliputi komunikasi
emosional dan pengasuhan ikut merasakan perasaan orang lain, memahami dan memberikan
tanggapang terhadap perasaan-perasaan itu; mendengarkan secara simpatik tanpa
menimbang atau memberikan jalan keluar. Sebaliknya peran
laki-laki adalah mengejar berbagai prestasi secara aktif dan kemampuan
memecahkan persoalan-persoalan praktis. Banyak pria yang merasakan kesulitan
dalam mengungkapkan perasaan-perasaanya dan memberikan cintanya dengan hanya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasangannya-berhubungan dengan ‘dunia luar’
pasanganya, bukan dengan ‘dunia dalam’ suatu emosi pasangannya.
C. Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Tidak semua perkawinan
tidak bertahan lama harus didasarkan pada cinta karena banyak perkawinan mampu
bertahan dalam rentang yang sangat lama karena faktor-faktor diluar cinta
semisal anak-anak, harta, keuangan, atau takut sendirian.
Baumgardner dan Clothers
(2010) menjelaskan bahwa keberhasilan perkawinan merupakan salah satu
penyumbang penting bagi terjadinya penguatan kesehatan individu dan kebahagiaan
individu.
Penelitian psikologi
positif tentang perkawinan yang berbahagia oleh Lauer dan Lauer tahun 1985 (dalam
Baumgardner dan Clothers, 2010) terhadap pasangan yang telah menikah 15 tahun
atau lebih menunjukan bahwa pertemanan (friendship)
dan komitmen merupakan faktor utama terjadinya perkawinan yang bahagia.
Dalam kehidupan perkawinan
kenikmatan perkawinan dapat diperoleh melalui tertawa bersama sebagai konsekuensi
dari tindakan humor. Humor juga mampu mendetoksi atau menetralkan konflik antara
suami dan istri dan sekaligus menyembuhkan stress akibat konflik dalam suatu
hubungan perkawinan. Ternyata kesamaan juga berlaku terkait
dengan humor yang ada di antara suami dan istri.
Berdasarkan banyak
penelitian di dunia barat (Myers, 2002), terdapat beberapa faktor yang perlu di
perhatikan agar cinta tetap ada dalam perkawinan dan perkawinan tetap lestari,
yaitu:
1. Orang
menikah dalam usia yang matang untuk hidup dalam hubungan suami dan istri.
2. Orang
mengalami tumbuh kembang di bawah pengasuhan orang tua yang lengkap.
3. Hubungan
yang cukup lama sebelum perkawinan.
4. Orang
memiliki pendidikan yang baik.
5. Orang
memiliki penghasial yang cukup.
6. Orang
tinggal dalam kota kecil.
7. Orang
tidak hidup bersama atau hamil belum menikah.
8. Orang
memiliki komitmen religus diantara kedua belah pihak.
D. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Masalah-masalah dalam Percintaan
Pengalaman jatuh cinta
dapat merupakan salah satu pengalaman yang paling yang menggairahkan yang
diberikan oleh kehidupan. Namun sedikit sekali jika ada hubungan-hubungan yang
berjalan mulus. Setiap hubungan mempunyai masa evolusinya sendiri dan
memahami kesulitan-kesulitan yang terjadi pada setiap tahap dapat membuat
hubungan-hubungan tersebut lebih mudah diatasi.
Perceraian
Perceraian adalah
cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka
menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat
sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri
kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (Erna,
1999). Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau
kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti
melakukan kewajibannya sebagai suami istri.
E. Single Life
Hidup sendiri (single
life) adalah salah satu pilihan hidup yang ditempuh seorang individu. Hidup
sendiri berarti ia sudah memikirkan resiko yang akan timbul sehingga mau tidak
mau ia harus siap menanggung segala kerepotan yang muncul dalam perjalanan
hidupnya
Faktor-faktor Keinginan Hidup Sendiri
a) Masalah ideologi
atau panggilan agama
b) Trauma
perceraian
c) Tidak
memperoleh jodoh, misalnya ingin hidup sendiri (menjanda atau menduda dan tidak
mau menikah lagi)
Nilai Positif dan Negatif Hidup Sendiri
1. Segi Positif Hidup Sendiri
a)
Memperoleh nilai kebebasan. Individu merasa dapat menikmati kebebasan melakukan
berbagai aktivitas tanpa ada yang mengganggunya.
b)
Kemandirian dalam pengambilan keputusan.
2. Segi Negatif Hidup Sendiri
Kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan seksual. Setiap orang yang menginjak masa dewasa muda,
baik laki-laki maupun perempuan, tidak dipungkiri memiliki dorongan biologis
yang bersifat alamiah. Bila ia hidup sendiri, kemungkinan besar seseorang tidak
dapat memenuhi kebutuhan seksual.
F. Artikel
Cinta dan kesetiaan pasangan mantan
Presiden RI, BJ Habibie dengan istrinya Ainun Habibie memang memberikan
inspirasi banyak orang. Jika anda sudah mengenal kisah cinta nan romantis Romeo
dan Juliet atau Layla dan Majnun, maka Indonesia kini tidak hanya memiliki
dongeng Rama dan Shinta.
Habibie dan Ainun di masa remaja
menempuh pendidikan di SMP yang sama. Tahun demi tahun pun berlalu, hingga pada
tahun 1962, mereka berdua bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta pada
Ainun yang sudah berubah menjadi gadis cantik. Karena kecantikannya banyak pria
yang menaruh hati pada Ainun. Kebanyakan yang menyukai Ainun adalah pria
berpangkat dan kaya, tapi Habibie sama sekali tidak minder. Dengan percaya diri
ia datang ke rumah Ainun menggunakan becak sedangkan para ‘pesaingnya’
kebanyakan bermobil.
Ainun tidak silau dengan semua pangkat dan
kekayaan, ia lebih memilih Habibie dan menikah dengannya. Setelah menikah,
mereka pergi ke Jerman. Di sana Habibie menyelesaikan studi S3-nya dan berharap
bisa kembali ke Indonesia untuk bisa membuat pesawat terbang produksi anak
bangsa seperti janji yang pernah diucapkan ketika sakit.
Habibie yang dihormati di Jerman, ternyata tidak dihormati di negerinya sendiri. Mimpi untuk membangun tanah air mengalami banyak hambatan. Terpaksa ia bekerja di industri Kereta Api di Jerman. Sampai tiba masanya Habibie memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Ia kembali ke Indonesia dan mulai berkarya. Habibie sukses mengembangkan teknologi di tanah air.
Kesuksesan Habibie mengabdikan diri pada negara, berdampak pada
keluarganya. Ia tak lagi memiliki waktu untuk keluarga, bahkan untuk dirinya
sendiri. Ia hanya sempat tidur satu jam setiap hari. Usai melepas jabatan
sebagai Presiden RI, ia kembali ke Jerman bersama Ainun. Di Jerman mereka hidup
lebih tenang dan damai. Tapi tak bertahan lama. Ainun divonis menderita kanker
ovarium stadium 4, memaksanya harus dirawat di rumah sakit dan menjalankan
operasi berkali-kali. Selama sakit, Habibie
dengan setia merawat Ainun dan menjaganya sampai Ainun menutup mata. Sebuah
perpisahan yang sangat berat bagi siapapun yang saling mencinta.
7 Pembelajaran Dari Kisah Cinta Ainun dan Habibie
1. Ada garis
batas tipis antara benci dan cinta.
2. Jodoh takkan
kemana dan kalau memang jodoh, jalannya akan mudah.
3. Tak sekedar
jatuh cinta tapi juga membangun cinta.
4. Mereka
berbeda, namun punya titik temu.
5. Mereka
disatukan oleh mimpi yang sama dan saling mendukung satu sama lain dikala
pasang surut.
6. Mereka
manunggal sebagai satu kesatuan secara bathin, pikiran, dan jiwa.
7. Luangkanlah
waktu untuk orang-orang yang kita cintai.