Sunday, June 9, 2013

Hubungan Interpersonal

TULISAN 2

Hubungan Interpersonal

Definisi Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain. Kegiatan seperti bekerja sama, melakukan kegiatan secara bersama, berkompetisi, curhat dengan orang lain dapat dikategorikan sebagai hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal timbul akibat rasa ketertarikan dengan orang lain. Rasa tertarik bukan hanya didefinisikan sebagai cinta atau suka, tetapi juga melalui rasa simpati.

A. Model Hubungan Interpersonal

1. Model Pertukaran Sosial (Social Exchange Model)

Hubungan interpersonal identik dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif), serta hasil atau laba (ganjaran dikurangi biaya). 

2. Model Peranan (Role Model)

Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspektasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.

3. Model Permainan (Games People Play Model)

Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menjelaskan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permainan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a) Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b) Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
c) Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).

4. Model Interaksional (Interacsional Model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.

B. Cara Memulai Hubungan

Tahap-tahap dalam hubungan interpersonal, yaitu:

1. Pembentukan

Sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

Menurut Charles R. Berger, informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada 7 kategori, yaitu:
a) informasi demografis
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
c) rencana yang akan datang
d) kepribadian
e) perilaku pada masa lalu
f) orang lain serta
g) hobi dan minat
2. Peneguhan Hubungan

Hubungan interpersonal tidak bersifat statis, tetapi fleksibel aatau selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada 4 faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a) Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b) Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c) Respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d) Nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).

Pembentukan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam Memulai Hubungan

A.     Intimasi dan Hubungan Pribadi

Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
1. Shadily dan Echols (1990): Intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
2. Sullivan (Prager, 1995): Intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
3. Steinberg (1993): Suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
4. Levinger dan Snoek (Brernstein dkk, 1988): Merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
5. Atwater (1983): Intimasi mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).

Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan, maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.

Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal tersebut.

B. Intimasi dan Pertumbuhan

Apapun alasan untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta. Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.

Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .     

Sumber:
Weiten, W. 2011. Psychology Themes and Variations. Las Vegas: Wadsworth.
Aronson, Elliot. 2005. Social Psychology .Upper Saddle River: Person Prentice Hall.
Hall, S Calvin, Lindzey, Gardner. 2009. Teori-teori Psikodinamika. Yogyakarta: Kanisius.
Jalaluddin, Rakhmat. 1998. Psikologi Komunikasi Edisi 12. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Wirawan, Sarlito S. 2002. Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Dayakisni, Tri. 2006. Psikologi Sosial Edisi Revisi. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.

No comments:

Post a Comment