TULISAN 3
Cinta dan PerkawinanA. Deskripsi Cinta dan Perkawinan
Cinta Menurut Ahli Psikologi
Menurut Sternberg,
cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah
tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu
hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan
dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah
dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini
biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah
hubungan.
Sternberg terkenal
dengan teorinya tentang segitiga cinta. Segitiga cinta itu mengandung komponen:
1. Keintiman (intimacy) adalah elemen emosi, yang di
dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina
hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan
seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu
bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau
saling merangkul bahu.
2. Gairah (passion) adalah elemen motivasional
yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Gairah
merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang ingin dekat secara
fisik, merasakan dan menikmati sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan
seksual dengan pasangan hidupnya.
3. Komitmen adalah
elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan
suatu kehidupan bersama. Komitmen yang sejati adalah komitmen yang berasal dari
dalam diri, yang tidak akan luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan dan
ujian yang berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan dan
godaan justru menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan
ketulusan cintanya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan
cinta (love behavior) yang cenderung
meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga dan merasa dicintai.
Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta
sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta tersebut.
Menurut Strenberg,
setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi
di gairah, tapi rendah pada komitmen (lihat tabel). Sedangkan cinta yang ideal
adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu
waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah
komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar,
(dalam beberapa budaya) disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya
melalui perkawinan.
Cinta dalam sebuah
hubungan ini tidak selalu berada dalam konteks pacaran atau perkawinan.
Pola-pola proporsi ketiga komponen ini dapat membentuk berbagai macam tipe
hubungan seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tipe
|
Komponen yang Hadir
|
Deskripsi
|
Nonlove
|
Ketiga komponen tidak ada
|
Ada pada kebanyakan hubungan
interpersonal, seperti pertemanan biasa (hanya kenalan saja)
|
Liking
|
Hanya
keintiman
|
Ada
kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan kehangatan. Biasanya
ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis kelamin)
|
Infatuation
|
Hanya gairah
|
Seperti pada cinta pada pandangan pertama,
ketertarikan secara fisik, biasanya mudah hilang
|
Empty love
|
Hanya
komitmen
|
Biasanya
ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya
pada pasangan usia lanjut)
|
Romantic love
|
Keintiman dan gairah
|
Hubungan yang melibatkan gairah fisik
maupun emosi yang kuat, tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan)
|
Companionate love
|
Keintiman
dan komitmen
|
Hubungan
jangka panjang yang tidak melibatkan unsur seksual, termasuk persahabatan
(juga persahabatan suami-istri)
|
Fatous love
|
Gairah dan komitmen
|
Hubungan dengan komitmen tertentu
(misalnya perkawinan) atas dasar gairah seksual. Biasanya pada suami istri
yang sudah kehilangan keintimannya
|
Consummate love
|
Semua
komponen
|
Menjadi
tujuan dari hubungan cinta yang ideal
|
Baron dan Byrne (2004)
mendefinisikan cinta sebagai sebuah kombinasi emosi, kognisi, dan perilaku yang
ada dalam sebuah hubungan intim.kajian psikologi tentang fenomena cinta dapat
dibahas melalui kajian psikologi sosial, khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi
sosial yang terkait dengan hubungan interpersonal.psikologi hubungan interpersonal
adalah bagian psikologi sosial yang mempelajari tentang aspek-aspek perilaku
dan kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan antara dua pribadi.
Perkawinan
Pengertian Kehidupan
Perkawinan secara hukum, dinyatakan dalam Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 1/1974, Bab I, pasal 1 “Perkawinan ialah ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Hubungan cinta tidak
mesti sinonim dengan perkawinan. Cinta dapat dan benar bisa terjadi tanpa
perkawinan, dan perkawinan dapat dan benar-benar terlaksana tanpa cinta. Penelitian
telah menunjukan bahwa perbedaan-perbedaan gender yang jelas terdapat dalam
cara-cara pria dan wanita memperoleh manfaat-manfaat dari perkawinan. Pria yang
telah berkeluarga lebih mungkin mencapai keberhasilan, berpenghasilan tinggi, memperoleh
jabatan-jabatan dengan status yang tinggi dan mengarah pada kehidupan yang
panjangdan bahagia dibandingkan dengan pria bujanga. Sebaliknya wanita yang
berkeluarga lebih lebih mungkin untuk menderita sait fisik, deprsi, stress, cemas
dibandingkan dengan wanita lajang. Lebih banyak istri yangmenjadi frustasi
akibat hubungan-hubungan perkawinan dan memberikan jawaban dengan
mengajukan-mengajukan gugatan-gugatan cerai kerpada pasanganya.
Pasangan mungkin
termotivasi untuk membangun rumah tangga karena alasan-alasan tertentu lebih
dari sekedar alasan cinta romantis dan kasih sayang semata. Mereka menginginkan
anak-anak, ingin menikmati kebersamaan dan kepercayaan satu sama lain, ingin
mencurahkan perhatian, menyatakan pandangan, mencapai tujuan-tujuan bersama dan
merasa mudah untukberbicara dan bekerja sama.
Menurut Cuber & Harroff, secara keseluruhan
terdapat enam klasifikasi atau tipe hubungan dalam perkawinan.
1. Conflict-habituated
Tipe hubungan
conflict-habituated adalah tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel
dan bertengkar. Kebiasaan ini menjadi semacam jalan hidup bagi mereka, sehingga
secara konstan selalu menemukan ketidaksepakatan. Jadi, stimulasi perbedaan
individu dan konflik justru mendukung kebersamaan pasangan tersebut. Kadang
didukung oleh kehidupan seks yang memuaskan.
2. Devitalized
Tipe hubungan devitalized merupakan karakteristik
pasangan yang sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan
satu sama lain saling menghargai. Namun, mereka cenderung mengalami kekosongan
perkawinan dan tetap bersama-sama, terutama demi anak dan posisi mereka dalam
komunitas.
Cukup menarik, karena pasangan dengan tipe ini tak merasa bahwa dirinya tidak bahagia. Mereka berpikir bahwa keadaan yang dialami merupakan hal biasa setelah tahun-tahun penuh gairah dilampaui. Sayang sekali bahwa tampaknya ini merupakan tipe yang paling umum dalam perkawinan.
3. Passive-congenial
Pasangan dengan tipe passive-congenial sama dengan pasangan
tipe devitalized, tetapi kekosongan
perkawinan itu telah berlangsung sejak awal. Perkawinan seperti ini seringkali
disebabkan perkawinan lebih didasari kalkulasi ekonomi atau status sosial, bukan
karena hubungan emosional. Seperti pasangan tipe devitalized, hanya sedikit keterlibatan emosi, tidak terlalu
menghasilkan konflik, tetapi juga kurang puas dalam perkawinan. Nyatanya,
pasangan-pasangan ini lebih banyak saling menghindar, bukannya saling peduli.
4. Utilitarian
Berbeda dengan
tipe-tipe yang lain, tipe utilitarian ini lebih menekankan pada peran daripada
hubungan. Terdapat perbedaan sangat kontras, terutama bila dibandingkan dengan
dua tipe terakhir (vital dan total) yang bersifat intrinsik, yaitu yang
mengutamakan relasi perkawinan itu sendiri.
5. Vital
Tipe vital ini
merupakan salah satu dari tipe hubungan perkawinan dengan ciri pasangan-pasangan
terikat satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan
yang lain. Di dalam relasi tersebut, satu sama lain saling peduli untuk
memuaskan kebutuhan psikologis pihak lain, dan saling berbagi dalam melakukan
berbagai aktivitas.
Pada tipe ini masing-masing pribadi memiliki identitas pribadi yang kuat. Di dalam komunikasi mereka terdapat kejujuran dan keterbukaan. Bila terdapat konflik biasanya karena hal-hal yang sangat penting dan dapat diatasi dengan cepat. Ini merupakan tipe perkawinan yang paling memuaskan. Sayang sekali tipe ini paling sedikit kemungkinannya.
6. Total
Tipe ini memiliki
banyak kesamaan dengan tipe vital. Bedanya, pasangan-pasangan ini menjadi “satu
daging” (one flesh). Mereka selalu dalam kebersamaan secara total, sehingga
meminimalisasi adanya pengalaman pribadi dan konflik. Tidak seperti pada tipe
devitalized, kesepakatan biasanya dilakukan demi hubungan itu sendiri. Tipe
perkawinan seperti ini sangat jarang.
Kehidupan Perkawinan
Pembahasan tentang kehidupan
perkawinan dimulai dengan pembahasan tentang kehidupan dewasa muda sebagai masa
kehidupan yang sedang dijalani oleh kebanyakan calon pasangan suami-istri. Masa
dewasa muda adalah masa bagi kehidupan seseorang yang berusia antara 20 – 40
tahun. Pada masa ini, keadaan fisik berada pada kondisi puncak dan kemudian
menurun secara perlahan. Dalam sisi perkembangan psikososial, terjadi proses
pemantapan kepribadian dan gaya hidup serta merupakan saat membuat keputusan
tentang hubungan yang intim. Pada saat ini, kebanyakan orang menikah dan
menjadi orang tua (Papalia, Olds, & Feldman, 2001; Santrok, 2002).
Cinta merupakan
kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan,
yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan akan kuat ketika
dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan bahwa ada dua
macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate love dan companiate
love.
Pada masa pacaran dan
di awal perkawinan, biasanya yang dominan adalahpassionate love yang
menggebu-gebu dan diwarnai oleh sikap posesif terhadap pasangan,
sedangkan companiate love berkembang secara perlahan-lahan dan ada
pada perkawinan yang bahagia dimana masing-masing pihak merasa pasangannya
adalah teman yang sangat dibutuhkan keberadaannya, baik secara fisik maupun
secara psikologis, untuk saling mengisi dalam kehidupan bersama.
Cinta dalam Sebuah Perkawinan
Umumnya apabila orang
menjalin hubungan cinta maka hubungan itu kemudian bermuara pada sebuah
komitmen menuju perkawinan. Baumister dan Leary menjelaskan bahwa manusia
memiliki “ kebutuhan dasar untuk memiliki” dapat diwujudkan melalui kehidupan
perkawinan.”kebutuhan dasar untuk memiliki” dalam kehidupan perkawinan terwujud
dalam hubungan yang stabil di antara suami dan istri.
Pemenuhan kebutuhan
dasar dalam sebuah kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya
kebahagiaan dalam diri seseorang. Hal itu terjadi karena dalam kehidupan
perkawiana terdapat potensi memberikan kehadiran eksistensi pertemanan (friendship), keintiman, cinta, afeksi,
dan dukungan sosial pada saat seseorang mengalami situasi krisis. Selain itu,
perkawinan juga memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengalami perkembangan
personal (personal growth) dan
perkembangan potensi baru mampu meningkatkan penghargaan diri (self esteem) dan kepuasaan diri (dalam
Baumgardner & Clothers, 2010).
B. Bagaimana Memilih Pasangan
Tingkat Kecocokan
Jika seorang menganggap
penting komitmen jangka panjang dan pasangannya lebih mementingkan birahi, maka
segitiga cinta mereka tidak akan sepadan.
Cinta Sejati
Cinta romantis adalah bagi setiap oranghanya ada satu cinta sejati yang terjadi
dalam kehidupanya.Keyakinan ini begitu menggoda, namun juga tidak realistis,
begitu naif dan akhirnya, sangat membatasi, khususnya jika telah menjadi satu
mekanisme pertahanan dalam menghadapi berbagai resiko yang terlibat dalam
sebuah keintiman emosional dan seksual.
Tidak ada satupun hubungan yang sempurna, dan semakin lama sebuah hubungan
berlanjut, semakin besar kemungkinan berbagai macam persoalanakan mencuat ke
permukaan. Keyakinan pada satu cinta sejati bisa mencegah seseorang merusak
suatu hubungan yang baik, dalam semangat naif untuk menemukan apa yang disebut
sebagai cinta yang sempurna.
Jika suatu hubungan berakhir dengan tragis,baik melalui kematian atau
perpisahan, pengabdian terhadap ingatan yang dicita-citakan (idealised memory) sebagai satu-satunya
cinta sejati bisa menghalangi kemungkinan terjalinya hubungan masa depan yang
sama sama menyenangkan – jika niscaya berbeda. Ingatan yang dicita-citakan
semacam ini juga bisa menyembunyikan atau menolak perasaan-perasaan yang mendua
(ambiguity), bahkan
bermusuhan,terhadap mantan pasangan. Sesungguhnya, tidak ada
satupun pilihan yang benar atas diri seorang pasangan. Malahan banyak terjadi
pilihan yang berhasil secara potensial.
Waktu yang Tepat untuk Jatuh Cinta
Cinta merupakan serangkaian
perasaan, sikap, dan perilaku yang berubah-ubah, dan kompleks. Kadang-kadang
terjadi dengan cepat dan kadangkala membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
berubah.
Apakah perasaan
tergila-gila berkembang menjadi suatu hubungan yang penuh perhatian dan setia
tergantung pada kematangan kedua belah pihak.Perasaan tergila-gila sangatlah
cepat pudar apabila seseorang yang dipija dari jauh secara tiba-tiba mudah
didapatkan. Komitmen merupakan suatu hubungan yang sebenernya,dengan semua
ketidaksempurnaan, tantangan, dan resikonya.
Waktu yang dibutuhkan
agar cinta ‘lolos ujian’ tergantung sebagian pada tempo meningkatkan keintiman
dan kepercayaan melalui kontak langsung dan pertukaran emosional. Cinta yang
dipertahankan semata-mata dengan cara menulis surat, misalnya, tidak berlangsung bertahun-tahun tanpa kedua
pihak mengembangkan sikap mengetahui secara sebenarnya terhadap pasangannya.
Cinta yang berkembang dalam situasi-situasi yang tidak biasa,misalnya selama
liburan atau masa perang- dan khususnya dalam situasi-situasi ‘terlarang’ atau
main belakang - dapat mudah layu ketika menghadapi realistas kehidupan yang
sesungguhnya.
Pria, Wanita, dan Cinta
Arti
cinta seseorang bisa tidak sama karena cinta didasarkan pada harapan-harapan,
kemapuan-kemampuan, dan pengalaman-pengalaman pribadi. Sikap seseorang yang
mengakui mencintai tanpa memperlihatkan prilaku mencintai tanpa
memperlihatkanperilaku mencintai atau menolak cinta tapi berperilaku
seakan-akan mabuk kepayang justru memperumit masalah-masalah yang ada.Seseorang
pskolog membantah bahwa perbedaan-perbedaan tersebar dalam konsep-konsep dan
ungkapan-ungkapan cinta merupakan perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita.
Peran tradisional yang diperankan wanita adalah memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
orang lain. Barangkali sebagai konsekuensi padangan ini, bagi wanita bagian
terpenting cinta meliputi komunikasi emosional dan pengasuhan ikut merasakan
perasaan orang lain, memahami dan memberikan tanggapang terhadap
perasaan-perasaan itu; mendengarkan secara simpatik tanpa menimbang atau
memberikan jalan keluar.
Sebaliknya peran laki-laki adalah mengejar berbagai prestasi secara aktif dan
kemampuan memecahkan persoalan-persoalan praktis. Banyak pria yang merasakan
kesulitan dalam mengungkapkan perasaan-perasaanya dan memberikan cintanya
dengan hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasangannya-berhubungan dengan ‘dunia
luar’ pasanganya.bukan dengan ‘dunia dalam’atu emosi pasanganya.
Dua cara cara mengungkapkan cinta yang berbeda ini dapat menyebabkan timbulnya
kesalah pahaman dan konflik antara pria dan wanita. Masing-masing pihak secara
salah mengharapkan pasanganya merasa, berkomunikasi dan berprilaku persis
seperti dirinya; masing-masing pihak tidak bisa mengenali bentuk cinta yang
ditawarkan oleh pasanganya. Namun, demi kelancaran berbagai hubungan,
seharusnya perbedaan-perbedaan tersebut diakui dan ,jika mungkin diterima apa
adanya. Jika perbedaan perbedaan inidapat dibicarakan secara terbuka dan
kebutuhan-kebutuhan msing-masing pihak dinyatakan secara terbuka pula, hubungan
itu bisa dipastikan akan menyenangkan.
C. Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Tidak ada satupun rumus
yang ajaib bagaimana membangun suatu perkawinan yang berbahagia yang
berbahagia.Sebagian perkawinan bisa berkembang baik dalam kegiatan-kegiatan
rutin dan dapat diprediksikan sementara sebagian yang lain berkembang dalam
keadaan kacau dan tidak lebih hanya sebagai permainan belaka. Sulit jika bukan
tidak mungkin, menilai perawinan seseorang pasangan dengan kriteria-kriteria perkawinan
orang lain karena persepsi seseorang pasangan terhadap hubungan sendirilah yang
paling penting dalam menentukan keabadian komitmen seumur hidupnya. Tidak semua
perkawinan tidak bertahan lama harus didasarkan pada cinta karena banyak
perkawinan mampu bertahan dalam rentang yang sangat lama karena faktor-faktor
diluar cinta semisal anak-anak, harta, keuangan, atau takut sendirian.
Perkawinan yang
berhasil merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang. Baumgardner
dan Clothers (2010) menjelaskan bahwa keberhasilan perkawinan merupakan salah
satu penyumbang penting bagi terjadinya penguatan kesehatan individu dan
kebahagiaan individu.
Penelitian psikologi
positif tentang perkawinan yang berbahagia oleh Lauer dan Lauer tahun 1985 (dalam
Baumgardner dan Clothers, 2010) terhadap pasangan yang telah menikah 15 tahun
atau lebih menunjukan bahwa pertemenan (friendship)
dan komitmen merupakan faktor utama terjadinya perkawinan yang bahagia. Dalam
hal ini, pertemanan sangat erat dan mendalam menjadi alas an utama pasngan
suami dan istri untuk tetatp hidup dalam ikat perkawinan. Dalam penelitian ini,
pasangan suami dan istri yang berbahagia tersebut memberikan penjelasan bahwa
pasangan mereka adalah teman terbaik bagi mereka.
Pasangan perkawinan
yang berbahagia memiliki pendapat bahwa komitmen yang kuat dan berjangka waktu
lama merupakan fundamen yang bagus untuk melestarian sebuah perkawinan yang
berbahagia memecahkan maslah perkawinan mereka secara baik dan berkelanjutan.
Selain faktor
pertemanan dan faktor komitmen, faktor humor juga memiliki kontribusi yang kuat
bagi terciptanya perkawinan yang berbahagia. Dalam kehidupan perkawinan
kenikmatan perkawinan dapat diperoleh melalui tertawa bersama sebagai konsekuensi
dari tindakan humor. Berdasarkan pada rasional semacam ini, tidak heran banyak
orang menseleksi orang lain sebagai calon pasangan terkait dengan kualitas
perasaan humor yang dimiliki oleh seseorang.
Selain itu, humor juga
mampu mendetoksi atau menetralkan konflik anatara suami dan istri dan sekaligus
menyembuhkan stress akibat konflik dalam suatu hubungan perkawinan.lebih
lanjut,humor juga membuat suami dan istri untuk saling berbagi (sharing) hal-hal yang sangat personal
dalam diri mereka. Dalam hal ini tertawa menggambarkan reaksi emosional alamiah
maka orang akan mengalami kesulitan untuk mencoba mengelabui orang lain pada
saat tertawa.perilaku tertawa yang bersifat alamiah adalah ekspresi jujur darp
persaan sebenarnya dalam diri seseorang (Baumgardner & Clothers, 2010).
Terkait dengan fenomena
humor dalam sebuah perkawinan, ternyata kesamaan juga berlaku terkait dengan
humor yang ada di antara suami dan istri. Kesamaan dalam selera humor dapat
diafirmasi sebagai basis bagi daya tarik awal dari orang lain yang berinteraksi
dengan seseorang.oraang meresa bahwa apabila ia mampu berbagi humor dengan
orang – orang tertentu maka ia juga merasa mampu berbagi nilai, keyakinan, dan
kualitas yang lain dengan orang-orang tertentu itu. Hal ini juga dapat terjadi
dalam hubungan suami dan istri pada sebuah perkawinan.
Fakta menunjukan bahwa
gejala perceraian dalam budaya barat maupun di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Tanpa mengabaikan perspektif gender, salah satu sebab perceraian
itu disebabkan karena semakin banyaknya wanita bekerja. Semakin banyak wanita
bekerja semakin besar kemungkinan terjadinya perceraian (Myers, 2002). Fakta
lain menunjukan bahwa dalam budaya individualistik tingkat perceraian lebih
tinggi dibanding dalam budaya kolektivistik.
Secara lebih spesifik, berdasarkan
banyak penelitian di dunia barat (Myers, 2002), terdapat beberapa faktor yang
perlu di perhatikan agar cinta tetap ada dalam perkawinan dan perkawinan tetap
lestari.
1. Orang menikah
dalam usia yang matang untuk hidup dalam hubungan suami dan istri.
2. Orang mengalami
tumbuh kembang di bawah pengasuhan orang tua yang lengkap.
3. Hubungan yang
cukup lama sebelum perkawinan.hal ini adanya pengenalan yang mendalam terhadap
karakteristik masing-masing pihak.
4. Orang memiliki
pendidikan yang baik.pendidikan yang baik juga dapat membantu pasangan
memecahkan masalah perkawianan secara lebih rasional.
5. Orang memiliki
penghasial yang cukup.faktor ekonomi perlu diperhatiakan agar perkawinan tidak
memperoleh masalah ekonomi yang signifikan.
6. Orang tinggal
dalam kota kecil.di kota kecil terdapat norma-norma yang secara ketat mengatur
kehidupan perkawinan.
7. Orang tidak
hidup bersama atau hamil belum menikah.
8. Orang memiliki
komitmen religus diantara kedua belah pihak. Pendidikan, keyakinan, dan usia
yang seimbang. keseimbangan dalam pendidikan,keyakinan,dan usia(laki-laki
minimal lebih tua 5 tahun dari perempuan).
D. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Masalah-masalah dalam Percintaan
Pengalaman jatuh cinta
dapat merupakan salah satu pengalaman yang paling yang menggairahkan yang
diberikan oleh kehidupan. Namun sedikit sekali jika ada hubungan-hubungan yang
berjalan mulus. Berbagai negosiasi kompromi dan komunikasi hamper mampir selalu
merupakan jalan yang diperlukan.
Setiap hubungan
mempunyai masa evolusinya sendiri dan memahami kesulitan-kesulitan yang
terjadi pada setiap tahap dapat membuat hubungan-hubungan tersebut lebih mudah
diatasi. Misalkan, masalah dalam suatu hubungan adalah adanya rasa kecemburuan
yang muncul dan terjadi adanya suatu kesalah pahaman sehingga membuat
adanya suatu perpisahan atau perceraian.
Perceraian
Perceraian adalah
cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat darikegagalan mereka
menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat
sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri
kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (Erna,
1999).
Perceraian merupakan
terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk
saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai
suami istri.
E. Single Life
Hidup sendiri (single
life) adalah salah satu pilihan hidup yang ditempuh seorang individu. Hidup
sendiri berarti ia sudah memikirkan resiko yang akan timbul sehingga mau tidak
mau ia harus siap menanggung segala kerepotan yang muncul dalam perjalanan hidupnya.
Faktor-faktor Keinginan Hidup Sendiri
Sebagian orang menempuh
cara hidup ini karena didasari oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Masalah ideologi
atau panggilan agama
b) Trauma perceraian
c) Tidak memperoleh
jodoh, misalnya ingin hidup sendiri (menjanda atau menduda dan tidak mau
menikah lagi)
Dengan hidup sendiri,
seseorang merasa bebas menikmati seluruh aktivitas yang dilakukan tanpa
memperoleh gangguan dari pihak lain.
Nilai Positif dan Negatif Hidup Sendiri
Setiap keputusan yang
diambil oleh setiap orang tentu akan mengandung nilai positif dan negatif,
termasuk keputusan untuk menjalani kehidupan sendiri. Santrock (1999)
mengungkapkan segi-segi untung rugi kehidupan sendiri, yaitu:
1. Segi Positif Hidup Sendiri
Memperoleh
nilai kebebasan. Individu merasa dapat menikmati kebebasan melakukan berbagai
aktivitas tanpa ada yang mengganggunya. Apabila ia melakukan suatu aktivitas
perjalanan sampai jarak jauh dan menghabiskan waktu berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tidak ada seorang pun yang mengusiknya.
Selain itu dengan hidup sendiri seseorang secara bebas akan dapat mengembangkan
diri demi peningkatan hidup masa depan.
Kemandirian
dalam pengambilan keputusan. Individu benar-benar merasakan kehidupan privasi.
Ia dapat mengatur program kegiatan yang disukai dan menghindari kegiatan yang
tidak disukainya tanpa harus mempertimbangkan keputusan atau usulan orang lain.
2. Segi Negatif Hidup Sendiri
Kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan seksual. Setiap orang yang menginjak masa dewasa muda,
baik laki-laki maupun perempuan, tidak dipungkiri memiliki dorongan biologis
yang bersifat alamiah. Bila ia hidup sendiri, kemungkinan besar seseorang tidak
dapat memenuhi kebutuhan seksual.
F. Artikel
Cinta dan kesetiaan pasangan mantan Presiden RI, BJ Habibie dengan istrinya Ainun Habibie memang memberikan inspirasi banyak orang. Jika anda sudah mengenal kisah cinta nan romantis Romeo dan Juliet atau Layla dan Majnun, maka Indonesia kini tidak hanya memiliki dongeng Rama dan Shinta.
Habibie dan Ainun di masa remaja
menempuh pendidikan di SMP yang sama. Tahun demi tahun pun berlalu, hingga pada
tahun 1962, mereka berdua bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta pada
Ainun yang sudah berubah menjadi gadis cantik. Karena kecantikannya banyak pria
yang menaruh hati pada Ainun. Kebanyakan yang menyukai Ainun adalah pria
berpangkat dan kaya, tapi Habibie sama sekali tidak minder. Dengan percaya diri
ia datang ke rumah Ainun menggunakan becak sedangkan para ‘pesaingnya’
kebanyakan bermobil.
Ainun tidak silau dengan semua pangkat dan kekayaan, ia lebih memilih Habibie dan menikah dengannya. Setelah menikah, mereka pergi ke Jerman. Di sana Habibie menyelesaikan studi S3-nya dan berharap bisa kembali ke Indonesia untuk bisa membuat pesawat terbang produksi anak bangsa seperti janji yang pernah diucapkan ketika sakit.
Habibie yang dihormati di Jerman, ternyata tidak dihormati di negerinya sendiri. Mimpi untuk membangun tanah air mengalami banyak hambatan. Terpaksa ia bekerja di industri Kereta Api di Jerman. Sampai tiba masanya Habibie memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Ia kembali ke Indonesia dan mulai berkarya. Habibie sukses mengembangkan teknologi di tanah air.
Kesuksesan Habibie mengabdikan diri pada negara, berdampak pada
keluarganya. Ia tak lagi memiliki waktu untuk keluarga, bahkan untuk dirinya
sendiri. Ia hanya sempat tidur satu jam setiap hari. Usai melepas jabatan
sebagai Presiden RI, ia kembali ke Jerman bersama Ainun. Di Jerman mereka hidup
lebih tenang dan damai. Tapi tak bertahan lama. Ainun divonis menderita kanker
ovarium stadium 4, memaksanya harus dirawat di rumah sakit dan menjalankan
operasi berkali-kali. Selama sakit, Habibie
dengan setia merawat Ainun dan menjaganya sampai Ainun menutup mata. Sebuah
perpisahan yang sangat berat bagi siapapun yang saling mencinta.
Kebersamaan Yang Indah
Sangat mendalam kebersamaan Habibie dengan Ainun.
Rasa cinta terhadap sang istri sedemikian besar, hingga Habibie merasakan kekosongan
dalam relung jiwanya. Konon, kira-kira dua pekan setelah kematian Ainun, suatu
hari Habibie memakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir, sambil
memanggil “Ainun… Ainun…” Ia mencari Ainun di setiap sudut rumah.
Ainun adalah perempuan istimewa di mata Habibie. Ia menepati janji untuk selalu mendampingi Habibie sampai akhir hidupnya, di kala susah maupun senang. Bahkan pada detik-detik terakhir menjelang kepergiannya, ia tetap memikirkan Habibie. “Saya tidak bisa, saya tidak bisa berjanji akan menjadi istri yang sempurna untukmu. Tapi saya akan selalu mendampingimu, saya janji itu.” Itu janji Ainun ketika dilamar oleh Habibie. Dan ia membuktikannya.
Ainun adalah perempuan istimewa di mata Habibie. Ia menepati janji untuk selalu mendampingi Habibie sampai akhir hidupnya, di kala susah maupun senang. Bahkan pada detik-detik terakhir menjelang kepergiannya, ia tetap memikirkan Habibie. “Saya tidak bisa, saya tidak bisa berjanji akan menjadi istri yang sempurna untukmu. Tapi saya akan selalu mendampingimu, saya janji itu.” Itu janji Ainun ketika dilamar oleh Habibie. Dan ia membuktikannya.
Habibie dan
Ainun adalah contoh keluarga yang mampu menjaga kebersamaan hingga akhir usia.
Sudah pasti, mereka juga diterpa berbagai dinamika kehidupan layaknya pasangan
lainnya. Namun Habibie dan Ainun mampu bertahan dan menjaga kebersamaan yang
begitu indah. Habibie sebagai suami memiliki banyak kelemahan, sebagaimana
suami lainnya. Ainun sebagai istri juga memiliki banyak kekurangan, sebagaimana
istri lainnya. Namun mereka berdua mampu menjadi pasangan yang setia dan
bahagia hingga akhir usia.
Tidak perlu sempurna untuk menjadi pasangan yang setia dan bahagia. Semua dari kita memiliki kelemahan dan kekurangan. Tidak ada suami yang sempurna, sebagaimana tidak ada istri yang sempurna. Untuk itu, yang diperlukan adalah kedewasaan sikap dalam menjalani kehidupan keluarga. Setiap badai, setiap masalah, setiap tantangan, harus disikapi dengan penuh kehati-hatian, agar tidak menggoyahkan kekokohan keluarga. Masalah sebesar apapun akan terasa indah, apabila mampu disikapi dengan tepat dan dilewati dengan kebersamaan.
Kita Hadapi Bersama
Di antara kunci menikmati kebersamaan adalah pada sikap suami dan istri
saat menghadapi permasalahan. “Kita hadapi bersama”, adalah kata kuncinya.
Persoalan suami dan istri harus dihadapi bersama, bukan saling melempar
kesalahan kepada pihak lainnya. Kadang suami merasa benar sendiri, dan
menganggap istri yang salah. Kadang istri merasa selalu benar, dan suamilah
yang salah. Sikap saling melempar ini tidak produktif, karena menunjukkan
ketidakdewasaan sikap hidup berkeluarga.
“Itu masalahmu sendiri, bukan masalahku”, ungkapan seperti ini menandakan tidak adanya kebersamaan saat menghadapi permasalahan. Bahkan seandainya masalah tersebut terkait pekerjaan di kantor, atau urusan yang menyangkut jabatan, profesi, atau posisi di tempat kerja. Suami dan istri tetap memiliki peran saling meringankan dengan berbagai cara yang bijak. Bukan intervensi dalam sisi profesional atau jabatan, tetapi intervensi dalam kaitan moral. Sebagai suami istri, yang harus saling berbagi, saling meringankan beban, saling membantu dan menjaga.
Masalah apapun akan lebih ringan dihadapi, apabila suami dan istri mampu menjaga sikap “kita hadapi bersama”. Sikap ini menunjukkan kuatnya kebersamaan antara suami dan istri. “Ini masalah kita, maka mari kita hadapi bersama”. Alangkah indah sikap seperti ini. Sebuah kedewasaan dalam menjalani hidup bersama di dalam rumah tangga. Suami dan istri saling bergandengan tangan, melewati hari-hari penuh kebahagiaan, karena mereka mampu merawat kebersamaan.
“Itu masalahmu sendiri, bukan masalahku”, ungkapan seperti ini menandakan tidak adanya kebersamaan saat menghadapi permasalahan. Bahkan seandainya masalah tersebut terkait pekerjaan di kantor, atau urusan yang menyangkut jabatan, profesi, atau posisi di tempat kerja. Suami dan istri tetap memiliki peran saling meringankan dengan berbagai cara yang bijak. Bukan intervensi dalam sisi profesional atau jabatan, tetapi intervensi dalam kaitan moral. Sebagai suami istri, yang harus saling berbagi, saling meringankan beban, saling membantu dan menjaga.
Masalah apapun akan lebih ringan dihadapi, apabila suami dan istri mampu menjaga sikap “kita hadapi bersama”. Sikap ini menunjukkan kuatnya kebersamaan antara suami dan istri. “Ini masalah kita, maka mari kita hadapi bersama”. Alangkah indah sikap seperti ini. Sebuah kedewasaan dalam menjalani hidup bersama di dalam rumah tangga. Suami dan istri saling bergandengan tangan, melewati hari-hari penuh kebahagiaan, karena mereka mampu merawat kebersamaan.
Puisi BJ Habibie Untuk Istrinya, Ainun
AINUN
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Sebenarnya
ini bukan tentang kematianmu, bukan itu ...
Karena, aku
tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya ...
Dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ...
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat ...
Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, ....
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,.....
Dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ...
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat ...
Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, ....
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,.....
hatiku
seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi
...
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang ...
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang ...
Pada
kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada
...
Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini ...
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang ...
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ...
Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini ...
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang ...
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ...
Mana mungkin
aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...
Selamat jalan ... Kau dari-Nya,...
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...
Selamat jalan ... Kau dari-Nya,...
dan kembali
pada-Nya ...
kau dulu
tiada untukku, dan sekarang kembali tiada ...
selamat jalan sayang ...
cahaya mataku, penyejuk jiwaku...
selamat jalan ...
calon bidadari surgaku ...
selamat jalan sayang ...
cahaya mataku, penyejuk jiwaku...
selamat jalan ...
calon bidadari surgaku ...
- HABIBIE-
“Kamu itu orang paling keras kepala dan paling
sulit yang pernah aku kenal. Tapi jika aku harus mengulang hidupku, aku akan
tetap memilih kamu”. –
Ainun dalam film Habibie & Ainun.
7 Pembelajaran Dari Kisah Cinta Ainun dan Habibie
1. Ada garis batas tipis antara benci dan cinta
Habibie dan Ainun pada
mulanya adalah siswa yang bersaing satu sama lain di kelas.
Rudy- panggilan akrab
Habibie, pada awalnya malu, “dijodohkan” dengan Ainun dan menjadi bahan candaan
teman-temannya di kelas.
Sebelum pergi ke Jerman
pun Habibie pernah berkata “Ainun, kamu jelek dan hitam sekali, seperti gula
jawa!” karena hasutan teman-temannya.
2. Jodoh takkan ke mana dan kalau memang jodoh, jalannya akan mudah
Terpisah tujuh tahun
karena Rudy melanjutkan sekolah dan karir di Jerman.
Selalu ada skenario Tuhan dalam mempertemukan mereka kembali.
Selalu ada skenario Tuhan dalam mempertemukan mereka kembali.
Begitu pulang ke
Indonesia 7 Maret 1962 semua berjalan mengalir, mudah dan begitu cepat.
Ketika itu, banyak yang
mendekati Ainun, dari berbagai latar belakang. Rata-rata berasal dari keluarga
yang jauh lebih berada daripada Habibie.
Mereka naik mobil,
habibie naik becak. Pemuda asli pare-pare ini tampil apa adanya. Dan kita sudah
lihat, siapa yang pada akhitnya jadi juara.
3. Tak sekedar jatuh cinta tapi juga membangun cinta
Pertemuan di
Ranggamalela Bandung memang menjadi titik awal benih cinta diantara mereka
tumbuh.
Benih cinta tersebut
tak hanya dibiarkan tumbuh tetapi juga dirawat dengan ketulusan, penuh kasih,
janji, serta komitmen yang ditepati bersama.
Romantisme-romantisme
kecil kerap digambarkan mewarnai kebersamaan mereka setiap harinya. Habibie
kerap kali mencium kening Ainun dengan begitu mesra.
Saat Ainun cemburu pun,
Prof.DR.Ing itu kerap berkata bahwa Ainun tetaplah yang tercantik bagi dirinya.
“Ainun, saya tidak bisa
menjanjikan kepadamu banyak hal. Seperti mobil, rumah, dengan segala kehidupan
yang (langsung) mapan di Jerman. Tapi saya janji, akan menjadi suami terbaik
untukmu”
Mau kah Ainun ikut saya
ke Jerman? menemani saya sebagai teman hidup?
Ainun pun menjawab: “Rudy,
aku pun tak bisa menjanjikan kalau saya selalu jadi istri yang baik, tapi.. aku
berjanji akan menemanimu ke manapun kamu pergi”.
Dialog ditengah hujan,
perjalanan pulang di dalam becak yang apa adanya ini, terasa begitu romantis.
Mereka batal bercumbu
mesra, karna tirai penutup becak keburu dibuka. Sudah sampai rumah, ceritanya.
4. Mereka berbeda, namun punya titik temu
Habibie yang jenius
namun keras kepala. Meledak-ledak, sanguin yang romantis dan logis.
Pribadi demikian
membutuhkan sosok penyeimbang.
Itu semua ada di Ainun,
yang cerdas, cekatan, perasa perfeksionis, tenang dan sabar.
Habibie takkan lengkap
tanpa Ainun dan sebaliknya. Mereka berdua hebat sebagai tim. Patner hidup
terbaik satu sama lain.
5. Mereka disatukan oleh mimpi yang sama dan saling mendukung satu sama lain dikala pasang surut
Yang melatar belakangi
keinginan Ainun untuk menjadi dokter adalah saat ibunya menggendong bayi laki-laki
yang baru saja lahir menyelamatkan diri dalam perang. Penuh bercak darah.
Sementara Habibie,
bersumpah saat Ia sakit keras di Aachen. Bahwa dia akan pulang suatu saat nanti
dan berbakti untuk ibu pertiwi.
Keduanya serupa.
Berbakti untuk negeri.
Di kala Ainun nyaris
menyerah saat menemani perjuangan Habibie di awal karirnya, habibie berujar:
“Hidup ini ibarat
sebuah kereta, melewati terowongan yang gelap. Bahkan kita tak tau seberapa
panjang kegelapan itu.
Tapi percayalah Ainun,
di ujung sana ada cahaya terang (kesuksesan) dan saya akan membawamu ke cahaya
itu.”
Hal serupa juga
dilakukan Ainun. Saat Habibie putus asa ketika menerima surat balasan dari Ibnu
Sutowo.
Surat tersebut berisi
keinginan Habibie untuk pulang dan mengembangkan! industri strategis di tanah
air.
Ainun berusaha
membesarkan hati kekasihnya dengan berujar:
“Loh, isi surat itu kan
bukan penolakan,mereka bilang industrinya belum siap.”,Ujarnya sembari
tersenyum manis.
6. Mereka manunggal sebagai satu kesatuan secara bathin, pikiran, dan jiwa
Salah satu momen paling
mengharukan adalah saat Habibie dilarang masuk oleh petugas ICCU.
“Ainun, mengapa kamu
tampak sedih? Karena sakitkah?”
Ainun menggelengkan
kepala. Saat ditanya dengan pertanyaan lain, masih juga menggelengkan kepala.
Sampai akhirnya isyarat
anggukan kepala itu ada saat Habibie bertanya: “Kamu sedih gara-gara
mengkhawatirkan saya?”
Ainun yang sedang sakit
keras, dengan puluhan alat medis terhubung ke tubuhnya masih saja memikirkan
kondisi sang belahan jiwa.
Menjelang Ainun wafat
pun habibie dengan lembut berujar.
“Ainun, hari ini 12 Mei
2010. Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke 48. Tuhan terima kasih saya
sudah terlahir untuk Ainun dan Ainun terlahir untuk saya.”
Tak terasa, pipi saya
tiba-tiba basah. Cinta diantara mereka berdua begitu tulus, suci, murni, dan
abadi.
7. Luangkanlah waktu untuk orang-orang yang kita cintai
Enam poin pujian, satu
poin renungan. Tamparan besar di muka saya adalah saat adegan Habibie
kembali mengunjungi IPTN.
Mendapati salah satu
karya sekaligus mimpi besarnya sejak lama: CN 235 Gatot Kaca, akhirnya
terbengkalai.
“Mengapa mereka tak
juga sadar dengan potensi CN 235 ini. Bayangkan jika banyak pulau kecil di
Nusantara terhubung.
Seberapa besar ekonomi
akan tergerak, kemajuan yang akan kita rasakan dll”
Di sini Ainun masih
juga membesarkan hati suaminya.
“Sudahlah, masih banyak
cara untuk berbakti kepada ibu pertiwi..”
“Bukan itu!”, jawab
Habibie.
“Berapa banyak waktumu
dan anak-anak yang dikorbankan karena ini!”, jawabnya lantang namun kemudian
menangis di pundak istri tercinta.
Tamparan, keras.
Dahsyat. Di depan mukaku. Ya, sekaya apapun, waktu tak kan pernah bisa kita
beli dan tentu, tak kan bisa diputar kembali.
Tanggapan
Menurut saya, kisah nyata mengenai cinta dan kesetiaan
yang tulus Habibie dan Ainun benar-benar membuat banyak wanita ingin merasakan
kisah cinta dan kasih sayang yang sama seperti mereka. Apa yang telah dilakukan
Habibie untuk Ainun dan Ainun untuk Habibie selama ini adalah sebuah contoh dan
pelajaran untuk kita seperti itulah seharusnya seorang pria, seorang suami, dan
seperti itulah seharusnya seorang wanita, seorang istri. Mereka saling
menopang, saling menjaga, saling mencinta dan setia dalam kemesraan yang manis
satu dengan yang lainnya. Kisah cinta mereka dapat kita jadikan acuan dan
inspirasi yang besar untuk bagaimana kita bertindak serta bertingkah laku
kepada pasangan kita, bagaimana cara kita untuk menjaga hubungan dengan baik,
dan pelajaran bagi kita betapa besarnya arti cinta sejati bagi manusia.
Sumber:
Papalia, Olds
& Feldman. (1998). Human
Development (7th ed.). Boston: McGraw Hill
Waite, L. J. &
Gallagher, M. 2003. Selamat Menempuh
Hidup Baru: Manfaat Perkawinan dari Segi Kesehatan,
Psikologi, Seksual, dan Keuangan.
Diterjemahkan oleh: Eva Yulia Nukman. Bandung: Mizan Media
Utama.
Lubis, Yati Utoyo.
2002. Aspek Psikologis dari
Poligami: Telaah Kasuistik. Makalah Seminar.
Santrock, J. W.
2002. A Topical Approach To
Life-span Development. Boston: McGraw Hill.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta:
Grasindo.
No comments:
Post a Comment