Sunday, June 9, 2013

Cinta dan Perkawinan

TULISAN 3

Cinta dan Perkawinan

A. Deskripsi Cinta dan Perkawinan

Cinta Menurut Ahli Psikologi

Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah,  kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.

Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta. Segitiga cinta itu mengandung komponen:
1. Keintiman (intimacy) adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.
2. Gairah (passion) adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Gairah merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang ingin dekat secara fisik, merasakan dan menikmati sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya.
3. Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Komitmen yang sejati adalah komitmen yang berasal dari dalam diri, yang tidak akan luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan dan ujian yang berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan dan godaan justru menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan ketulusan cintanya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga dan merasa dicintai. Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta tersebut.

Menurut Strenberg, setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen (lihat tabel). Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar, (dalam beberapa budaya) disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui perkawinan.

Cinta dalam sebuah hubungan ini tidak selalu berada dalam konteks pacaran atau perkawinan. Pola-pola proporsi ketiga komponen ini dapat membentuk berbagai macam tipe hubungan seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tipe      
Komponen yang Hadir
Deskripsi
Nonlove
Ketiga komponen tidak ada
Ada pada kebanyakan hubungan interpersonal, seperti pertemanan biasa (hanya kenalan saja)
Liking
Hanya keintiman
Ada kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan kehangatan. Biasanya ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis kelamin)
Infatuation
Hanya gairah
Seperti pada cinta pada pandangan pertama, ketertarikan secara fisik, biasanya mudah hilang
Empty love
Hanya komitmen
Biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya pada pasangan usia lanjut)
Romantic love
Keintiman dan gairah
Hubungan yang melibatkan gairah fisik maupun emosi yang kuat, tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan)
Companionate love
Keintiman dan komitmen
Hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur seksual, termasuk persahabatan (juga persahabatan suami-istri)
Fatous love
Gairah dan komitmen
Hubungan dengan komitmen tertentu (misalnya perkawinan) atas dasar gairah seksual. Biasanya pada suami istri yang sudah kehilangan keintimannya
Consummate love
Semua komponen
Menjadi tujuan dari hubungan cinta yang ideal

Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan cinta sebagai sebuah kombinasi emosi, kognisi, dan perilaku yang ada dalam sebuah hubungan intim.kajian psikologi tentang fenomena cinta dapat dibahas melalui kajian psikologi sosial, khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi sosial yang terkait dengan hubungan interpersonal.psikologi hubungan interpersonal adalah bagian psikologi sosial yang mempelajari tentang aspek-aspek perilaku dan kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan antara dua pribadi.

Perkawinan

Pengertian Kehidupan Perkawinan secara hukum, dinyatakan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1/1974, Bab I, pasal 1 “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Hubungan cinta tidak mesti sinonim dengan perkawinan. Cinta dapat dan benar bisa terjadi tanpa perkawinan, dan perkawinan dapat dan benar-benar terlaksana tanpa cinta. Penelitian telah menunjukan bahwa perbedaan-perbedaan gender yang jelas terdapat dalam cara-cara pria dan wanita memperoleh manfaat-manfaat dari perkawinan. Pria yang telah berkeluarga lebih mungkin mencapai keberhasilan, berpenghasilan tinggi, memperoleh jabatan-jabatan dengan status yang tinggi dan mengarah pada kehidupan yang panjangdan bahagia dibandingkan dengan pria bujanga. Sebaliknya wanita yang berkeluarga lebih lebih mungkin untuk menderita sait fisik, deprsi, stress, cemas dibandingkan dengan wanita lajang. Lebih banyak istri yangmenjadi frustasi akibat hubungan-hubungan perkawinan dan memberikan jawaban dengan mengajukan-mengajukan  gugatan-gugatan cerai kerpada pasanganya.

Pasangan mungkin termotivasi untuk membangun rumah tangga karena alasan-alasan tertentu lebih dari sekedar alasan cinta romantis dan kasih sayang semata. Mereka menginginkan anak-anak, ingin menikmati kebersamaan dan kepercayaan satu sama lain, ingin mencurahkan perhatian, menyatakan pandangan, mencapai tujuan-tujuan bersama dan merasa mudah untukberbicara dan bekerja sama.

Menurut Cuber & Harroff, secara keseluruhan terdapat enam klasifikasi atau tipe hubungan dalam perkawinan.

1. Conflict-habituated 


Tipe hubungan conflict-habituated adalah tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar. Kebiasaan ini menjadi semacam jalan hidup bagi mereka, sehingga secara konstan selalu menemukan ketidaksepakatan. Jadi, stimulasi perbedaan individu dan konflik justru mendukung kebersamaan pasangan tersebut. Kadang didukung oleh kehidupan seks yang memuaskan.

2. Devitalized


Tipe hubungan devitalized merupakan karakteristik pasangan yang sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan satu sama lain saling menghargai. Namun, mereka cenderung mengalami kekosongan perkawinan dan tetap bersama-sama, terutama demi anak dan posisi mereka dalam komunitas.

Cukup menarik, karena pasangan dengan tipe ini tak merasa bahwa dirinya tidak bahagia. Mereka berpikir bahwa keadaan yang dialami merupakan hal biasa setelah tahun-tahun penuh gairah dilampaui. Sayang sekali bahwa tampaknya ini merupakan tipe yang paling umum dalam perkawinan.

3. Passive-congenial


Pasangan dengan tipe passive-congenial sama dengan pasangan tipe devitalized, tetapi kekosongan perkawinan itu telah berlangsung sejak awal. Perkawinan seperti ini seringkali disebabkan perkawinan lebih didasari kalkulasi ekonomi atau status sosial, bukan karena hubungan emosional. Seperti pasangan tipe devitalized, hanya sedikit keterlibatan emosi, tidak terlalu menghasilkan konflik, tetapi juga kurang puas dalam perkawinan. Nyatanya, pasangan-pasangan ini lebih banyak saling menghindar, bukannya saling peduli.

4. Utilitarian

Berbeda dengan tipe-tipe yang lain, tipe utilitarian ini lebih menekankan pada peran daripada hubungan. Terdapat perbedaan sangat kontras, terutama bila dibandingkan dengan dua tipe terakhir (vital dan total) yang bersifat intrinsik, yaitu yang mengutamakan relasi perkawinan itu sendiri.

5. Vital

Tipe vital ini merupakan salah satu dari tipe hubungan perkawinan dengan ciri pasangan-pasangan terikat satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan yang lain. Di dalam relasi tersebut, satu sama lain saling peduli untuk memuaskan kebutuhan psikologis pihak lain, dan saling berbagi dalam melakukan berbagai aktivitas.

Pada tipe ini masing-masing pribadi memiliki identitas pribadi yang kuat. Di dalam komunikasi mereka terdapat kejujuran dan keterbukaan. Bila terdapat konflik biasanya karena hal-hal yang sangat penting dan dapat diatasi dengan cepat. Ini merupakan tipe perkawinan yang paling memuaskan. Sayang sekali tipe ini paling sedikit kemungkinannya.

6. Total

Tipe ini memiliki banyak kesamaan dengan tipe vital. Bedanya, pasangan-pasangan ini menjadi “satu daging” (one flesh). Mereka selalu dalam kebersamaan secara total, sehingga meminimalisasi adanya pengalaman pribadi dan konflik. Tidak seperti pada tipe devitalized, kesepakatan biasanya dilakukan demi hubungan itu sendiri. Tipe perkawinan seperti ini sangat jarang.

Kehidupan Perkawinan

Pembahasan tentang kehidupan perkawinan dimulai dengan pembahasan tentang kehidupan dewasa muda sebagai masa kehidupan yang sedang dijalani oleh kebanyakan calon pasangan suami-istri. Masa dewasa muda adalah masa bagi kehidupan seseorang yang berusia antara 20 – 40 tahun. Pada masa ini, keadaan fisik berada pada kondisi puncak dan kemudian menurun secara perlahan. Dalam sisi perkembangan psikososial, terjadi proses pemantapan kepribadian dan gaya hidup serta merupakan saat membuat keputusan tentang hubungan yang intim. Pada saat ini, kebanyakan orang menikah dan menjadi orang tua (Papalia, Olds, & Feldman, 2001; Santrok, 2002).

Cinta merupakan kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan, yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan akan kuat ketika dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan bahwa ada dua macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate love dan companiate love.

Pada masa pacaran dan di awal perkawinan, biasanya yang dominan adalahpassionate love yang menggebu-gebu dan diwarnai oleh sikap posesif terhadap pasangan, sedangkan companiate love berkembang secara perlahan-lahan dan ada pada perkawinan yang bahagia dimana masing-masing pihak merasa pasangannya adalah teman yang sangat dibutuhkan keberadaannya, baik secara fisik maupun secara psikologis, untuk saling mengisi dalam kehidupan bersama.

Cinta dalam Sebuah Perkawinan

Umumnya apabila orang menjalin hubungan cinta maka hubungan itu kemudian bermuara pada sebuah komitmen menuju perkawinan. Baumister dan Leary menjelaskan bahwa manusia memiliki “ kebutuhan dasar untuk memiliki” dapat diwujudkan melalui kehidupan perkawinan.”kebutuhan dasar untuk memiliki” dalam kehidupan perkawinan terwujud dalam hubungan yang stabil di antara suami dan istri.

Pemenuhan kebutuhan dasar dalam sebuah kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya kebahagiaan dalam diri seseorang. Hal itu terjadi karena dalam kehidupan perkawiana terdapat potensi memberikan kehadiran eksistensi pertemanan (friendship), keintiman, cinta, afeksi, dan dukungan sosial pada saat seseorang mengalami situasi krisis. Selain itu, perkawinan juga memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengalami perkembangan personal (personal growth) dan perkembangan potensi baru mampu meningkatkan penghargaan diri (self esteem) dan kepuasaan diri (dalam Baumgardner & Clothers, 2010).

B. Bagaimana Memilih Pasangan

Tingkat Kecocokan

Jika seorang menganggap penting komitmen jangka panjang dan pasangannya lebih mementingkan birahi, maka segitiga cinta mereka tidak akan sepadan.

Cinta Sejati

Cinta romantis adalah bagi setiap oranghanya ada satu cinta sejati yang terjadi dalam kehidupanya.Keyakinan ini begitu menggoda, namun juga tidak realistis, begitu naif dan akhirnya, sangat membatasi, khususnya jika telah menjadi satu mekanisme pertahanan dalam menghadapi berbagai resiko yang terlibat dalam sebuah keintiman emosional dan seksual.

Tidak ada satupun hubungan yang sempurna, dan semakin lama sebuah hubungan berlanjut, semakin besar kemungkinan berbagai macam persoalanakan mencuat ke permukaan. Keyakinan pada satu cinta sejati bisa mencegah seseorang merusak suatu hubungan yang baik, dalam semangat naif untuk menemukan apa yang disebut sebagai cinta yang sempurna.

Jika suatu hubungan berakhir dengan tragis,baik melalui kematian atau perpisahan, pengabdian terhadap ingatan yang dicita-citakan (idealised memory) sebagai satu-satunya cinta sejati bisa menghalangi kemungkinan terjalinya hubungan masa depan yang sama sama menyenangkan – jika niscaya berbeda. Ingatan yang dicita-citakan semacam ini juga bisa menyembunyikan atau menolak perasaan-perasaan yang mendua (ambiguity), bahkan bermusuhan,terhadap mantan pasangan. Sesungguhnya, tidak ada satupun pilihan yang benar atas diri seorang pasangan. Malahan banyak terjadi pilihan yang berhasil secara potensial.

Waktu yang Tepat untuk Jatuh Cinta

Cinta merupakan serangkaian perasaan, sikap, dan perilaku yang berubah-ubah, dan kompleks. Kadang-kadang terjadi dengan cepat dan kadangkala membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berubah.
Apakah perasaan tergila-gila berkembang menjadi suatu hubungan yang penuh perhatian dan setia tergantung pada kematangan kedua belah pihak.Perasaan tergila-gila sangatlah cepat pudar apabila seseorang yang dipija dari jauh secara tiba-tiba mudah didapatkan. Komitmen merupakan suatu hubungan yang sebenernya,dengan semua ketidaksempurnaan, tantangan, dan resikonya.

Waktu yang dibutuhkan agar cinta ‘lolos ujian’ tergantung sebagian pada tempo meningkatkan keintiman dan kepercayaan melalui kontak langsung dan pertukaran emosional. Cinta yang dipertahankan semata-mata dengan cara menulis surat, misalnya,  tidak berlangsung bertahun-tahun tanpa kedua pihak mengembangkan sikap mengetahui secara sebenarnya terhadap pasangannya. Cinta yang berkembang dalam situasi-situasi yang tidak biasa,misalnya selama liburan atau masa perang- dan khususnya dalam situasi-situasi ‘terlarang’ atau main belakang - dapat mudah layu ketika menghadapi realistas kehidupan yang sesungguhnya.

Pria, Wanita, dan Cinta

Arti cinta seseorang bisa tidak sama karena cinta didasarkan pada harapan-harapan, kemapuan-kemampuan, dan pengalaman-pengalaman pribadi. Sikap seseorang yang mengakui mencintai tanpa memperlihatkan prilaku mencintai tanpa memperlihatkanperilaku mencintai atau menolak cinta tapi berperilaku seakan-akan mabuk kepayang justru memperumit masalah-masalah yang ada.Seseorang pskolog membantah bahwa perbedaan-perbedaan tersebar dalam konsep-konsep dan ungkapan-ungkapan cinta merupakan perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita.

Peran tradisional yang diperankan wanita adalah memperhatikan kebutuhan-kebutuhan orang lain. Barangkali sebagai konsekuensi padangan ini, bagi wanita bagian terpenting cinta meliputi komunikasi emosional dan pengasuhan ikut merasakan perasaan orang lain, memahami dan memberikan tanggapang terhadap perasaan-perasaan itu; mendengarkan secara simpatik tanpa menimbang atau memberikan jalan keluar.

Sebaliknya peran laki-laki adalah mengejar berbagai prestasi secara aktif dan kemampuan memecahkan persoalan-persoalan praktis. Banyak pria yang merasakan kesulitan dalam mengungkapkan perasaan-perasaanya dan memberikan cintanya dengan hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasangannya-berhubungan dengan ‘dunia luar’ pasanganya.bukan dengan ‘dunia dalam’atu emosi pasanganya.

Dua cara cara mengungkapkan cinta yang berbeda ini dapat menyebabkan timbulnya kesalah pahaman dan konflik antara pria dan wanita. Masing-masing pihak secara salah mengharapkan pasanganya merasa, berkomunikasi dan berprilaku persis seperti dirinya; masing-masing pihak tidak bisa mengenali bentuk cinta yang ditawarkan oleh pasanganya. Namun, demi kelancaran berbagai hubungan, seharusnya perbedaan-perbedaan tersebut diakui dan ,jika mungkin diterima apa adanya. Jika perbedaan perbedaan inidapat dibicarakan secara terbuka dan kebutuhan-kebutuhan msing-masing pihak dinyatakan secara terbuka pula, hubungan itu bisa dipastikan akan menyenangkan.

C. Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan

Tidak ada satupun rumus yang ajaib bagaimana membangun suatu perkawinan yang berbahagia yang berbahagia.Sebagian perkawinan bisa berkembang baik dalam kegiatan-kegiatan rutin dan dapat diprediksikan sementara sebagian yang lain berkembang dalam keadaan kacau dan tidak lebih hanya sebagai permainan belaka. Sulit jika bukan tidak mungkin, menilai perawinan seseorang pasangan dengan kriteria-kriteria perkawinan orang lain karena persepsi seseorang pasangan terhadap hubungan sendirilah yang paling penting dalam menentukan keabadian komitmen seumur hidupnya. Tidak semua perkawinan tidak bertahan lama harus didasarkan pada cinta karena banyak perkawinan mampu bertahan dalam rentang yang sangat lama karena faktor-faktor diluar cinta semisal anak-anak, harta, keuangan, atau takut sendirian.

Perkawinan yang berhasil merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang. Baumgardner dan Clothers (2010) menjelaskan bahwa keberhasilan perkawinan merupakan salah satu penyumbang penting bagi terjadinya penguatan kesehatan individu dan kebahagiaan individu.

Penelitian psikologi positif tentang perkawinan yang berbahagia oleh Lauer dan Lauer tahun 1985 (dalam Baumgardner dan Clothers, 2010) terhadap pasangan yang telah menikah 15 tahun atau lebih menunjukan bahwa pertemenan (friendship) dan komitmen merupakan faktor utama terjadinya perkawinan yang bahagia. Dalam hal ini, pertemanan sangat erat dan mendalam menjadi alas an utama pasngan suami dan istri untuk tetatp hidup dalam ikat perkawinan. Dalam penelitian ini, pasangan suami dan istri yang berbahagia tersebut memberikan penjelasan bahwa pasangan mereka adalah teman terbaik bagi mereka.

Pasangan perkawinan yang berbahagia memiliki pendapat bahwa komitmen yang kuat dan berjangka waktu lama merupakan fundamen yang bagus untuk melestarian sebuah perkawinan yang berbahagia memecahkan maslah perkawinan mereka secara baik dan berkelanjutan.

Selain faktor pertemanan dan faktor komitmen, faktor humor juga memiliki kontribusi yang kuat bagi terciptanya perkawinan yang berbahagia. Dalam kehidupan perkawinan kenikmatan perkawinan dapat diperoleh melalui tertawa bersama sebagai konsekuensi dari tindakan humor. Berdasarkan pada rasional semacam ini, tidak heran banyak orang menseleksi orang lain sebagai calon pasangan terkait dengan kualitas perasaan humor yang dimiliki oleh seseorang.

Selain itu, humor juga mampu mendetoksi atau menetralkan konflik anatara suami dan istri dan sekaligus menyembuhkan stress akibat konflik dalam suatu hubungan perkawinan.lebih lanjut,humor juga membuat suami dan istri untuk saling berbagi (sharing) hal-hal yang sangat personal dalam diri mereka. Dalam hal ini tertawa menggambarkan reaksi emosional alamiah maka orang akan mengalami kesulitan untuk mencoba mengelabui orang lain pada saat tertawa.perilaku tertawa yang bersifat alamiah adalah ekspresi jujur darp persaan sebenarnya dalam diri seseorang (Baumgardner & Clothers, 2010).

Terkait dengan fenomena humor dalam sebuah perkawinan, ternyata kesamaan juga berlaku terkait dengan humor yang ada di antara suami dan istri. Kesamaan dalam selera humor dapat diafirmasi sebagai basis bagi daya tarik awal dari orang lain yang berinteraksi dengan seseorang.oraang meresa bahwa apabila ia mampu berbagi humor dengan orang – orang tertentu maka ia juga merasa mampu berbagi nilai, keyakinan, dan kualitas yang lain dengan orang-orang tertentu itu. Hal ini juga dapat terjadi dalam hubungan suami dan istri pada sebuah perkawinan.

Fakta menunjukan bahwa gejala perceraian dalam budaya barat maupun di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tanpa mengabaikan perspektif gender, salah satu sebab perceraian itu disebabkan karena semakin banyaknya wanita bekerja. Semakin banyak wanita bekerja semakin besar kemungkinan terjadinya perceraian (Myers, 2002). Fakta lain menunjukan bahwa dalam budaya individualistik tingkat perceraian lebih tinggi dibanding dalam budaya kolektivistik.

Secara lebih spesifik, berdasarkan banyak penelitian di dunia barat (Myers, 2002), terdapat beberapa faktor yang perlu di perhatikan agar cinta tetap ada dalam perkawinan dan perkawinan tetap lestari.
1. Orang menikah dalam usia yang matang untuk hidup dalam hubungan suami dan istri.
2. Orang mengalami tumbuh kembang di bawah pengasuhan orang tua yang lengkap.
3. Hubungan yang cukup lama sebelum perkawinan.hal ini adanya pengenalan yang mendalam terhadap karakteristik masing-masing pihak.
4. Orang memiliki pendidikan yang baik.pendidikan yang baik juga dapat membantu pasangan memecahkan masalah perkawianan secara lebih rasional.
5. Orang memiliki penghasial yang cukup.faktor ekonomi perlu diperhatiakan agar perkawinan tidak memperoleh masalah ekonomi yang signifikan.
6. Orang tinggal dalam kota kecil.di kota kecil terdapat norma-norma yang secara ketat mengatur kehidupan perkawinan.
7. Orang tidak hidup bersama atau hamil belum menikah.
8. Orang memiliki komitmen religus diantara kedua belah pihak. Pendidikan, keyakinan, dan usia yang seimbang. keseimbangan dalam pendidikan,keyakinan,dan usia(laki-laki minimal lebih tua 5 tahun dari perempuan).

D. Perceraian dan Pernikahan Kembali

Masalah-masalah dalam Percintaan

Pengalaman jatuh cinta dapat merupakan salah satu pengalaman yang paling yang menggairahkan yang diberikan oleh kehidupan. Namun sedikit sekali jika ada hubungan-hubungan yang berjalan mulus. Berbagai negosiasi kompromi dan komunikasi hamper mampir selalu merupakan jalan yang diperlukan.

Setiap hubungan mempunyai  masa evolusinya sendiri dan memahami kesulitan-kesulitan yang terjadi pada setiap tahap dapat membuat hubungan-hubungan tersebut lebih mudah diatasi. Misalkan, masalah dalam suatu hubungan adalah adanya rasa kecemburuan yang muncul  dan terjadi adanya suatu kesalah pahaman sehingga membuat adanya suatu perpisahan atau perceraian.

Perceraian

Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat darikegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku (Erna, 1999).

Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

E. Single Life

Hidup sendiri (single life) adalah salah satu pilihan hidup yang ditempuh seorang individu. Hidup sendiri berarti ia sudah memikirkan resiko yang akan timbul sehingga mau tidak mau ia harus siap menanggung segala kerepotan yang muncul dalam perjalanan hidupnya.

Faktor-faktor Keinginan Hidup Sendiri

Sebagian orang menempuh cara hidup ini karena didasari oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Masalah ideologi atau panggilan agama
b) Trauma perceraian
c) Tidak memperoleh jodoh, misalnya ingin hidup sendiri (menjanda atau menduda dan tidak mau menikah lagi)
Dengan hidup sendiri, seseorang merasa bebas menikmati seluruh aktivitas yang dilakukan tanpa memperoleh gangguan dari pihak lain.

Nilai Positif dan Negatif Hidup Sendiri

Setiap keputusan yang diambil oleh setiap orang tentu akan mengandung nilai positif dan negatif, termasuk keputusan untuk menjalani kehidupan sendiri. Santrock (1999) mengungkapkan segi-segi untung rugi kehidupan sendiri, yaitu:

1. Segi Positif Hidup Sendiri

Memperoleh nilai kebebasan. Individu merasa dapat menikmati kebebasan melakukan berbagai aktivitas tanpa ada yang mengganggunya. Apabila ia melakukan suatu aktivitas perjalanan sampai jarak jauh dan menghabiskan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tidak ada seorang pun yang mengusiknya. Selain itu dengan hidup sendiri seseorang secara bebas akan dapat mengembangkan diri demi peningkatan hidup masa depan.

Kemandirian dalam pengambilan keputusan. Individu benar-benar merasakan kehidupan privasi. Ia dapat mengatur program kegiatan yang disukai dan menghindari kegiatan yang tidak disukainya tanpa harus mempertimbangkan keputusan atau usulan orang lain.

2. Segi Negatif Hidup Sendiri

Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan seksual. Setiap orang yang menginjak masa dewasa muda, baik laki-laki maupun perempuan, tidak dipungkiri memiliki dorongan biologis yang bersifat alamiah. Bila ia hidup sendiri, kemungkinan besar seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual.

F. Artikel



Cinta dan kesetiaan pasangan mantan Presiden RI, BJ Habibie dengan istrinya Ainun Habibie memang memberikan inspirasi banyak orang. Jika anda sudah mengenal kisah cinta nan romantis Romeo dan Juliet atau Layla dan Majnun, maka Indonesia kini tidak hanya memiliki dongeng Rama dan Shinta.
Habibie dan Ainun di masa remaja menempuh pendidikan di SMP yang sama. Tahun demi tahun pun berlalu, hingga pada tahun 1962, mereka berdua bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta pada Ainun yang sudah berubah menjadi gadis cantik. Karena kecantikannya banyak pria yang menaruh hati pada Ainun. Kebanyakan yang menyukai Ainun adalah pria berpangkat dan kaya, tapi Habibie sama sekali tidak minder. Dengan percaya diri ia datang ke rumah Ainun menggunakan becak sedangkan para ‘pesaingnya’ kebanyakan bermobil.

Ainun tidak silau dengan semua pangkat dan kekayaan, ia lebih memilih Habibie dan menikah dengannya. Setelah menikah, mereka pergi ke Jerman. Di sana Habibie menyelesaikan studi S3-nya dan berharap bisa kembali ke Indonesia untuk bisa membuat pesawat terbang produksi anak bangsa seperti janji yang pernah diucapkan ketika sakit.

Habibie yang dihormati di Jerman, ternyata tidak dihormati di negerinya sendiri. Mimpi untuk membangun tanah air mengalami banyak hambatan. Terpaksa ia bekerja di industri Kereta Api di Jerman. Sampai tiba masanya Habibie memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Ia kembali ke Indonesia dan mulai berkarya. Habibie sukses mengembangkan teknologi di tanah air.

Kesuksesan Habibie mengabdikan diri pada negara, berdampak pada keluarganya. Ia tak lagi memiliki waktu untuk keluarga, bahkan untuk dirinya sendiri. Ia hanya sempat tidur satu jam setiap hari. Usai melepas jabatan sebagai Presiden RI, ia kembali ke Jerman bersama Ainun. Di Jerman mereka hidup lebih tenang dan damai. Tapi tak bertahan lama. Ainun divonis menderita kanker ovarium stadium 4, memaksanya harus dirawat di rumah sakit dan menjalankan operasi berkali-kali. Selama sakit, Habibie dengan setia merawat Ainun dan menjaganya sampai Ainun menutup mata. Sebuah perpisahan yang sangat berat bagi siapapun yang saling mencinta.

Kebersamaan Yang Indah

Sangat mendalam kebersamaan Habibie dengan Ainun. Rasa cinta terhadap sang istri sedemikian besar, hingga Habibie merasakan kekosongan dalam relung jiwanya. Konon, kira-kira dua pekan setelah kematian Ainun, suatu hari Habibie memakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir, sambil memanggil “Ainun… Ainun…” Ia mencari Ainun di setiap sudut rumah.

Ainun adalah perempuan istimewa di mata Habibie. Ia menepati janji untuk selalu mendampingi Habibie sampai akhir hidupnya, di kala susah maupun senang. Bahkan pada detik-detik terakhir menjelang kepergiannya, ia tetap memikirkan Habibie. “Saya tidak bisa, saya tidak bisa berjanji akan menjadi istri yang sempurna untukmu. Tapi saya akan selalu mendampingimu, saya janji itu.” Itu janji Ainun ketika dilamar oleh Habibie. Dan ia membuktikannya.

Habibie dan Ainun adalah contoh keluarga yang mampu menjaga kebersamaan hingga akhir usia. Sudah pasti, mereka juga diterpa berbagai dinamika kehidupan layaknya pasangan lainnya. Namun Habibie dan Ainun mampu bertahan dan menjaga kebersamaan yang begitu indah. Habibie sebagai suami memiliki banyak kelemahan, sebagaimana suami lainnya. Ainun sebagai istri juga memiliki banyak kekurangan, sebagaimana istri lainnya. Namun mereka berdua mampu menjadi pasangan yang setia dan bahagia hingga akhir usia.


Tidak perlu sempurna untuk menjadi pasangan yang setia dan bahagia. Semua dari kita memiliki kelemahan dan kekurangan. Tidak ada suami yang sempurna, sebagaimana tidak ada istri yang sempurna. Untuk itu, yang diperlukan adalah kedewasaan sikap dalam menjalani kehidupan keluarga. Setiap badai, setiap masalah, setiap tantangan, harus disikapi dengan penuh kehati-hatian, agar tidak menggoyahkan kekokohan keluarga. Masalah sebesar apapun akan terasa indah, apabila mampu disikapi dengan tepat dan dilewati dengan kebersamaan.

Kita Hadapi Bersama

Di antara kunci menikmati kebersamaan adalah pada sikap suami dan istri saat menghadapi permasalahan. “Kita hadapi bersama”, adalah kata kuncinya. Persoalan suami dan istri harus dihadapi bersama, bukan saling melempar kesalahan kepada pihak lainnya. Kadang suami merasa benar sendiri, dan menganggap istri yang salah. Kadang istri merasa selalu benar, dan suamilah yang salah. Sikap saling melempar ini tidak produktif, karena menunjukkan ketidakdewasaan sikap hidup berkeluarga.

“Itu masalahmu sendiri, bukan masalahku”, ungkapan seperti ini menandakan tidak adanya kebersamaan saat menghadapi permasalahan. Bahkan seandainya masalah tersebut terkait pekerjaan di kantor, atau urusan yang menyangkut jabatan, profesi, atau posisi di tempat kerja. Suami dan istri tetap memiliki peran saling meringankan dengan berbagai cara yang bijak. Bukan intervensi dalam sisi profesional atau jabatan, tetapi intervensi dalam kaitan moral. Sebagai suami istri, yang harus saling berbagi, saling meringankan beban, saling membantu dan menjaga.

Masalah apapun akan lebih ringan dihadapi, apabila suami dan istri mampu menjaga sikap “kita hadapi bersama”. Sikap ini menunjukkan kuatnya kebersamaan antara suami dan istri. “Ini masalah kita, maka mari kita hadapi bersama”. Alangkah indah sikap seperti ini. Sebuah kedewasaan dalam menjalani hidup bersama di dalam rumah tangga. Suami dan istri saling bergandengan tangan, melewati hari-hari penuh kebahagiaan, karena mereka mampu merawat kebersamaan.

Puisi BJ Habibie Untuk Istrinya, Ainun

AINUN Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu ...
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya ...
Dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ...
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat ...
Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, ....
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,.....
hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi ...
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang ...
Pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada ...
Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini ...
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang ...
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ...
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...
Selamat jalan ... Kau dari-Nya,...
dan kembali pada-Nya ... 
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada ...
selamat jalan sayang ...
cahaya mataku, penyejuk jiwaku...
selamat jalan ...
calon bidadari surgaku ...
- HABIBIE-

 “Kamu itu orang paling keras kepala dan paling sulit yang pernah aku kenal. Tapi jika aku harus mengulang hidupku, aku akan tetap memilih kamu”. – Ainun dalam film Habibie & Ainun.

7 Pembelajaran Dari Kisah Cinta Ainun dan Habibie

1. Ada garis batas tipis antara benci dan cinta

Habibie dan Ainun pada mulanya adalah siswa yang bersaing satu sama lain di kelas.
Rudy- panggilan akrab Habibie, pada awalnya malu, “dijodohkan” dengan Ainun dan menjadi bahan candaan teman-temannya di kelas.
Sebelum pergi ke Jerman pun Habibie pernah berkata “Ainun, kamu jelek dan hitam sekali, seperti gula jawa!” karena hasutan teman-temannya.

2. Jodoh takkan ke mana dan kalau memang jodoh, jalannya akan mudah

Terpisah tujuh tahun karena Rudy melanjutkan sekolah dan karir di Jerman.
Selalu ada skenario Tuhan dalam mempertemukan mereka kembali.
Begitu pulang ke Indonesia 7 Maret 1962 semua berjalan mengalir, mudah dan begitu cepat.
Ketika itu, banyak yang mendekati Ainun, dari berbagai latar belakang. Rata-rata berasal dari keluarga yang jauh lebih berada daripada Habibie.
Mereka naik mobil, habibie naik becak. Pemuda asli pare-pare ini tampil apa adanya. Dan kita sudah lihat, siapa yang pada akhitnya jadi juara.

3. Tak sekedar jatuh cinta tapi juga membangun cinta

Pertemuan di Ranggamalela Bandung memang menjadi titik awal benih cinta diantara mereka tumbuh.
Benih cinta tersebut tak hanya dibiarkan tumbuh tetapi juga dirawat dengan ketulusan, penuh kasih, janji, serta komitmen yang ditepati bersama.
Romantisme-romantisme kecil kerap digambarkan mewarnai kebersamaan mereka setiap harinya. Habibie kerap kali mencium kening Ainun dengan begitu mesra.
Saat Ainun cemburu pun, Prof.DR.Ing itu kerap berkata bahwa Ainun tetaplah yang tercantik bagi dirinya.
“Ainun, saya tidak bisa menjanjikan kepadamu banyak hal. Seperti mobil, rumah, dengan segala kehidupan yang (langsung) mapan di Jerman. Tapi saya janji, akan menjadi suami terbaik untukmu”
Mau kah Ainun ikut saya ke Jerman? menemani saya sebagai teman hidup?
Ainun pun menjawab: “Rudy, aku pun tak bisa menjanjikan kalau saya selalu jadi istri yang baik, tapi.. aku berjanji akan menemanimu ke manapun kamu pergi”.
Dialog ditengah hujan, perjalanan pulang di dalam becak yang apa adanya ini, terasa begitu romantis.
Mereka batal bercumbu mesra, karna tirai penutup becak keburu dibuka. Sudah sampai rumah, ceritanya.

4. Mereka berbeda, namun punya titik temu

Habibie yang jenius namun keras kepala. Meledak-ledak, sanguin yang romantis dan logis.
Pribadi demikian membutuhkan sosok penyeimbang.
Itu semua ada di Ainun, yang cerdas, cekatan, perasa perfeksionis, tenang dan sabar.
Habibie takkan lengkap tanpa Ainun dan sebaliknya. Mereka berdua hebat sebagai tim. Patner hidup terbaik satu sama lain.

5. Mereka disatukan oleh mimpi yang sama dan saling mendukung satu sama lain dikala pasang surut

Yang melatar belakangi keinginan Ainun untuk menjadi dokter adalah saat ibunya menggendong bayi laki-laki yang baru saja lahir menyelamatkan diri dalam perang. Penuh bercak darah.
Sementara Habibie, bersumpah saat Ia sakit keras di Aachen. Bahwa dia akan pulang suatu saat nanti dan berbakti untuk ibu pertiwi.
Keduanya serupa. Berbakti untuk negeri.
Di kala Ainun nyaris menyerah saat menemani perjuangan Habibie di awal karirnya, habibie berujar:
“Hidup ini ibarat sebuah kereta, melewati terowongan yang gelap. Bahkan kita tak tau seberapa panjang kegelapan itu.
Tapi percayalah Ainun, di ujung sana ada cahaya terang (kesuksesan) dan saya akan membawamu ke cahaya itu.”
Hal serupa juga dilakukan Ainun. Saat Habibie putus asa ketika menerima surat balasan dari Ibnu Sutowo.
Surat tersebut berisi keinginan Habibie untuk pulang dan mengembangkan! industri strategis di tanah air.
Ainun berusaha membesarkan hati kekasihnya dengan berujar:
“Loh, isi surat itu kan bukan penolakan,mereka bilang industrinya belum siap.”,Ujarnya sembari tersenyum manis.

6. Mereka manunggal sebagai satu kesatuan secara bathin, pikiran, dan jiwa

Salah satu momen paling mengharukan adalah saat Habibie dilarang masuk oleh petugas ICCU.
“Ainun, mengapa kamu tampak sedih? Karena sakitkah?”
Ainun menggelengkan kepala. Saat ditanya dengan pertanyaan lain, masih juga menggelengkan kepala.
Sampai akhirnya isyarat anggukan kepala itu ada saat Habibie bertanya: “Kamu sedih gara-gara mengkhawatirkan saya?”
Ainun yang sedang sakit keras, dengan puluhan alat medis terhubung ke tubuhnya masih saja memikirkan kondisi sang belahan jiwa.
Menjelang Ainun wafat pun habibie dengan lembut berujar.
“Ainun, hari ini 12 Mei 2010. Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke 48. Tuhan terima kasih saya sudah terlahir untuk Ainun dan Ainun terlahir untuk saya.”
Tak terasa, pipi saya tiba-tiba basah. Cinta diantara mereka berdua begitu tulus, suci, murni, dan abadi.

7. Luangkanlah waktu untuk orang-orang yang kita cintai

Enam poin pujian, satu poin renungan. Tamparan besar di muka saya adalah saat adegan Habibie kembali mengunjungi IPTN.
Mendapati salah satu karya sekaligus mimpi besarnya sejak lama: CN 235 Gatot Kaca, akhirnya terbengkalai.
“Mengapa mereka tak juga sadar dengan potensi CN 235 ini. Bayangkan jika banyak pulau kecil di Nusantara terhubung.
Seberapa besar ekonomi akan tergerak, kemajuan yang akan kita rasakan dll”
Di sini Ainun masih juga membesarkan hati suaminya.
“Sudahlah, masih banyak cara untuk berbakti kepada ibu pertiwi..”
“Bukan itu!”, jawab Habibie.
“Berapa banyak waktumu dan anak-anak yang dikorbankan karena ini!”, jawabnya lantang namun kemudian menangis di pundak istri tercinta.
Tamparan, keras. Dahsyat. Di depan mukaku. Ya, sekaya apapun, waktu tak kan pernah bisa kita beli dan tentu, tak kan bisa diputar kembali.

Tanggapan

Menurut saya, kisah nyata mengenai cinta dan kesetiaan yang tulus Habibie dan Ainun benar-benar membuat banyak wanita ingin merasakan kisah cinta dan kasih sayang yang sama seperti mereka. Apa yang telah dilakukan Habibie untuk Ainun dan Ainun untuk Habibie selama ini adalah sebuah contoh dan pelajaran untuk kita seperti itulah seharusnya seorang pria, seorang suami, dan seperti itulah seharusnya seorang wanita, seorang istri. Mereka saling menopang, saling menjaga, saling mencinta dan setia dalam kemesraan yang manis satu dengan yang lainnya. Kisah cinta mereka dapat kita jadikan acuan dan inspirasi yang besar untuk bagaimana kita bertindak serta bertingkah laku kepada pasangan kita, bagaimana cara kita untuk menjaga hubungan dengan baik, dan pelajaran bagi kita betapa besarnya arti cinta sejati bagi manusia.

Sumber:
Papalia, Olds & Feldman. (1998). Human Development (7th ed.). Boston: McGraw Hill
Waite, L. J. & Gallagher, M. 2003. Selamat Menempuh Hidup Baru: Manfaat Perkawinan dari Segi Kesehatan,
Psikologi, Seksual, dan Keuangan. Diterjemahkan oleh: Eva Yulia Nukman. Bandung: Mizan Media Utama.
Lubis, Yati Utoyo. 2002. Aspek Psikologis dari Poligami: Telaah Kasuistik. Makalah Seminar.
Santrock, J. W. 2002. A Topical Approach To Life-span Development. Boston: McGraw Hill.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.

No comments:

Post a Comment